Keluargaku Taman Surgaku
Keluargaku
Taman Surgaku
Semua akan paham sebagai manusia yang
berfikir tentang arti keluarga, dimana keluarga adalah kelompok masyarakat terkecil yang
memiliki suatu
tujuan yang jelas. Secara universal,
keluarga terbentuk dari
unsur bapa, ibu dan anak. Tujuan harapan
yang ingin dicapai oleh mereka (keluarga) ditentukan
oleh saling pemahaman dan pengertian, cara pandang, dan konsep yang diusung oleh setiap individu itu sendiri dalam
dinamika keluarga tersebut. Kalau kita
mengaca pada kaca mata, Islam sebagai agama perfeck yang telah memberikan petunjuk dan jalan yang lurus bagi penganutnya melalui kitap suci al-Qur’an dan al-Sunnah Nabi, bagaimana kita membangun sebuah dasar keluarga, dan pandangan apa yang mesti
dicapai oleh sebuah keluarga.
Tidak hanya merupakan
tuntunan ajaran Islam, berkeluarga juga merupakan kebutuhan manusiawiyang wajib kita penuhi, sebagai
mahluk sosial yang selalu membutuhkan dan bahkan saling ketergantungan antara
individu dan sesama manusia lainnya.
Sengaja kami menulis judul artikel“Keluargaku
Taman Syurgaku” dimana
awalnya saya terinspirasi oleh sabda Rasulullah yang berbunyi “baiti jannati” Rumahku
(Keluargaku) Surgaku. Walaupun kita
ketahui dalam buku dan sejarah kehidupan rumah tangga dan kondisi rumah Rasulullah
pada saat itu sangat sederhana, hanya berupa bilik kecil yang terletak tidak
jauh disamping masjid yang beratap pelepah kurma, tidak layaknya rumah-rumah
keluarga saat ini, yang mana dilengkapi dengan mebel atau perabotan mewah serta
halaman yang luas. Namun betapa agung dan jernih batin dan rohaninya Rasulullah
dalam merasakan kenikmatan udara taman surga yang beliau rasakan di dalamnya,
karena keluarga Rasulullah dibangun atas dasar iman, ibadah (pengabdian)
dan cinta kasih (mawaddah & rahmah)
Disadari atau tidak berkeluarga
merupakan perintah Allah pada seluruh ummatnya. Di antara kewajiban orang tua
terhadap anaknya adalah memilihkan pasangan hidup yang baik untuk anaknya.
(#qßsÅ3Rr&ur 4yJ»tF{$# óOä3ZÏB tûüÅsÎ=»¢Á9$#ur ô`ÏB ö/ä.Ï$t6Ïã öNà6ͬ!$tBÎ)ur 4 bÎ) (#qçRqä3t uä!#ts)èù ãNÎgÏYøóã ª!$# `ÏB ¾Ï&Î#ôÒsù 3 ª!$#ur ììźur ÒOÎ=tæ ÇÌËÈ
Dan
nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga
orang-orang sholeh (yang layak menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang
laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan
memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas
(pemberian-Nya), Maha Mengetahui. QS al-Nur(24) :32
Dalam sabdanya Kanjeng Nabi Muhmmad SAW
juga menjelaskan perintah untuk berkeluaga. Karena berkeluarga adalah
sunnnatullah dan bagian dari ibadah.
مَن تَزَوَّجَ فَقَدِ استَكمَلَ نِصْفَ الاِيــمَانِ
فَليَــتَّـقِ اللهَ فِي نِصْفِ الآخَــرِ
Barang
siapa yang menikah, maka dia telah menyempurnakan separuh imannya, maka
hendaklah ia memelihara diri pada setengah sisanya. (HR Ath-Thabrani.)
Salah satu tanda kebesaran Allah swt
adalah menjadikan manusia berpasang-pasangan untuk meraih ketenangan dan
ketenteraman
ô`ÏBur ÿ¾ÏmÏG»t#uä ÷br& t,n=y{ /ä3s9 ô`ÏiB öNä3Å¡àÿRr& %[`ºurør& (#þqãZä3ó¡tFÏj9 $ygøs9Î) @yèy_ur Nà6uZ÷t/ Zo¨uq¨B ºpyJômuur 4 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºs ;M»tUy 5Qöqs)Ïj9 tbrã©3xÿtGt ÇËÊÈ
Dan
diantara tanda-tanda kekuasaanNya, Dia menciptakan untuk kamu secara khusus
pasangan-pasangan hidup suami atau istri dari jenis kamu sendiri supaya kamu
tenang serta cenderung kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu mawaddah dan
rahmat. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir tentang kuasa dan
nikmat Allah.QS Ar-Ruum(30): 21.
Allah menciptakan sesuatu di dunia
dengan berpasang-pasangan, begitupun dengan
manusia sebagai makhluk yang sempurna dengan cara berpasangan (suami
atau istri) hal ini agar
memperoleh suatu rasa ketenangan hati (Sakina).
Untuk memperoleh sakinah tersebut,
Allah juga melengkapinya dengan rasa (mawaddah dan Rahmah), yang saling
bergantungan satu sama lain, artinya apa ? sakinah hanya dapat diperoleh
manakala terdapat mawaddah dan Rahmah, pernikahan tanpa mawaddah dan rahmah
tidak akan diperoleh sakinah. Sehingga: begitupun
sebaliknya. Apa itu sakninah dan apa itu mawaddah warahma kita refleksikan
bareng, namun dalam hemat, dan sependek pengetahuan penulis mengartikan Sakinah
Mawadda Warahmah adalah :
Sakinah
Sakinah bermakna rasa ketenangan yang digapai oleh manusia
setelah galau dalam bahasa gaulnya saat ini
atau “goncangan”. Quraisy Shihab Dalam buku “Secercah Cahaya
Ilahi” menjelaskan bahwa sakinah terdiri dari huruf-huruf hijaiyah sin-kaf dan nun yang mengandung arti dan makna ketenangan atau lawan dari
goncang dan gerak. Dalam bahasa Arab terdapat beberapa kata yang terdiri dari
ketiga huruf tersebut, dengan makna yang hampir sama. Rumah dinamai Maskan,
artinya tempat untuk memperoleh ketenangan setelah sebelumnya penghuninya
bergerak/ bekerja, bahkan mungkin mengalami kegoncangan di luar rumah. Pisau
yang berfungsi menyembelih binatang dinamakan sikkin, karena pisau adalah alat
yang menyebabkan ketenangan bagi
binatang setelah desembeli setelah
sebelumnya meronta.
Hal ini sakinah
dirasakan setelah sebelumnya terjadi situasi yang mengalau,baik karena banyak dinamika hidup yang
mengancam jiwa atau sesuatu yang membuat
pikiran kacau tanpa arah, atau
setelah adanya gejolak yang menggoncangkan jiwa. Seperti cinta
yang bergejolak dalam hati dan diliputi ketidakpastian, tentunya akan berakhir dengan sakinah atau ketenangan hati dan ketentraman jiwa sebagai buah dan kesejukan udara taman syurga
pernikahan.
Benar atau tidak dalam
kitap suci Alquran kata sakinah ditemukan
sebanyak enam kali. Beberapa
ayat tersebut sakinah dikaitkan atau dirangkaikan dengan bala tentara Allah yang
tidak terlihat, atau turunnya malaikat. Sakinah dikaitkan dengan “bala tentara
Allah yang tidak terlihat” ini bermakna seseorang harus berani dan siapkan diri walau
sendirian, karena ia merasakan adanya kehadiran bala tentara dari syurga tuhan,
sehingga betapapun situasi mencekam atau mengancam, penerima sakinah akan
selalu merasakan perlindungan Allah.
Sakinah tidak datang begitu saja,
sakinah diturunkan Allah ke dalam kalbu dengan syarat tertentu. Taman Hati harus disiapkan dengan menanamkan kesabaran
dan ketaqwaan. Sakinah datang setelah melalui beberapa fase, bermula dari
mengosongkan kalbu dari segala sifat tercela, dengan jalan mengakui
dosa-dosa yang telah diperbuat, diikuti
dengan permohonan ampun (istighfar) dan tobat. Kemudian
“memutuskan hubungan ”dengan masa lalu yang kelam dengan penyesalan dan
pengendalian diri. Selanjutnya disusul dengan “mujahadah” perjuangan yang
serius melawan sifat-sifat jiwa yang tercela, dengan mengedepankan sifat-sifat
terpuji, mengganti yang buruk dengan yang baik, seperti kekikiran dengan
kedermawanan, kemalasan dengan kesungguhan, egoisme dengan pengorbanan, sambil
selalu memohon bantuan Allah dengan doa dan dzikir.
Sakinah bukan sekedar terihat
ketenangan lahir, yang tercermin dari kecerahan air muka (karena yang demikian
bisa saja muncul akibat keluguan,
kebodohan, ketidak tahuan) tetapi, sakinah tampak pada kecerahan raut muka yang
disertai dengan kelapangan dada, budi bahasa yang halus, tindakan yang tepat
(tidak emosional)
Mawaddah dan Rahmah
Mawaddah menurut bahasa arab bermakna
kelapangan dan kekosongan, maksudnya adalah kelapangan dada dan kekosongan jiwa
dari kehendak buruk. Sedangkan Rahmah berarti memberikan
rasa kasih sayangkepada yang lemah atau kepada yang butuh.
Ada yang menafsirkan mawaddah sebagai
mahabbah, yaitu ketertarikan terhadap lawan jenis karena penampilan yang
menawan, baik fisik maupun non-fisik. Seseorang senang atau tertarik terhadap
“penampilan fisik” lawan jenisnya yang memiliki pesona kecantikan/kemolekan
atau ketampanan/kegagahan. Daya tarik seseorang juga bisa timbul dari
penampilan non-fisik misalnya, keturunan, kekayaan, jabatan, gelar, orang yang
sopan, dermawan, suka membantu, pandai, dll. Akan tetapi jika seseorang
menyenangi pasangannya karena daya tarik penampilan, maka jika daya tarik
penampilanya sudah hilang atau memudar maka akan timbul kebosanan terhadap
pasangannya sehingga ada keinginan untuk meninggalkan pasangannya, bahkan
timbul keinginan untuk mencari pasangan lain yang lebih “menarik”
Sedangkan Rahmah adalah menyukai tidak
berdasarkan penampilan baik fisik maupun non fisik semata. Seorang ibu akan
tetap menyayangi anaknya walaupun fisiknya jelek atau akhlaqnya buruk. Sifat
Rahmah tampak pada suami yang tetap mencintai istrinya walaupun istrinya
“nyebelin” atau sudah tidak menawan lagi. Istri yang memiliki sifat Rahmah akan
selalu mencintai suaminya walaupun suaminya sudah tidak gagah lagi atau
suaminya sengsara, sakit, lumpuh, dll. Dalam keadaan apapun (suka & duka)
istri yang memiliki sifat Rahmah akan selalu merindukan dan melayani suaminya.
Memelihara dan mengembangkan Mawaddah
dan Rahmah
Mawaddah akan selalu tumbuh jika tiap
pasangan selalu menunjukkan penampilan yang menarik atau disukai pasangannya.
Istri yang berusaha “dandan” mempercantik diri di hadapan suaminya, atau selalu
menyajikan masakan lezat kesukaan suaminya, tentu akan menumbuhkan mawaddah
dari suaminya. Sebaliknya suami yang selalu melindungi, berperilaku lembut,
sering membantu dan menolong tentu akan menyuburkan mawaddah istrinya.
Sedangkan Rahmah akan tumbuh manakala
seseorang selalu dekat (taqarrub) dengan Allah, Kata (Rahmah) seakar
dengan Rahman dan Rahim salah satu sifat Allah. Allah selalu menyayangi
ummatNya baik yang beriman maupun yang kafir, Allah tetap memberi rizqi kepada
seluruh manusia baik muslim maupun non-muslim, karena manusia sangat
membutuhkan perlindungan Allah. Orang yang selalu beribadah (taqarrub) kepada
Allah, insyaAllah akan “kecipratan” sifat Rahman Rahim Allah, sehingga
akan selalu tumbuh sifat Rahmah terhadap pasangannya.
Peran & Fungsi Sakinah
1. Benteng Penyelamat terhadap Gangguan
Saat Rasulullah Hijrah ke Madinah
bersama Abubakar ra, keduanya dikejar oleh orang kafir untuk ditangkap dan
dibunuh. Untuk menghindari pengejaran keduanya bersembunyi di gua Tsur, ahirnya
pasukan pengejar tiba di depan gua, hanya beberapa langkah dari Rasulullah.
Abubakar cemas dan gemetar karena khawatir Rasulullah akan tertangkap dan
terbunuh oleh orang musyrik. selanjutnya Allah menurunkan ayat :
إِلاَّ تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ
اللّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُواْ ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي
الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللّهَ مَعَنَا فَأَنزَلَ
اللّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ
كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُواْ السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللّهِ هِيَ الْعُلْيَا
وَاللّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ -٤٠-
Jika kamu tidak menolongnya,
sesungguhnya Allah telah Menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir
mengusirnya (dari Mekah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika
keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada shahabatnya, “Jangan
engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka Allah Menurunkan
ketenangan (sakinah) kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat)
yang tidak terlihat olehmu, dan Dia Menjadikan seruan orang-orang kafir itu
rendah. Dan firman Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. QS Attaubah(9):40
Rasul dan Abubakar ahirnya selamat dari
pengejaran pasukan kafir karena Allah mengutus laba-laba dan burung membuat
sarang di mulut gua, untuk mengelabui pengejar bahwa tak ada orang yang masuk
gua tersebut. Ketenangan (sakinah) Rasulullah dan Abubakar tersebut mampu melindungi dan menyelamatkan beliau.
Berikut ini ayat Alquran yang juga
menjelaskan peran sakinah dalam membentengi dan melindungi Rasulullah dari
hinaan kaum musyrikin
إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي
قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ فَأَنزَلَ اللَّهُ
سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ
التَّقْوَى وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ
عَلِيماً
Ketika orang-orang yang kafir
menanamkan kesombongan dalam hati mereka (yaitu) kesombongan jahiliah, maka
Allah Menurunkan ketenangan (sakinah) kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang
Mukmin, dan (Allah) Mewajibkan kepada mereka tetap taat menjalankan kalimat
takwa (“Kalimat takwa” ialah kalimat tauhid dan memurnikan ketaatan kepada
Allah) dan mereka lebih berhak dengan itu dan patut memilikinya. Dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu. QS
Alfath(48): 26
2. “Senjata” untuk melawan segala musuh dan
serangan
* tAtRr'sù spuZÅ3¡¡9$# öNÍkön=tã öNßgt6»rOr&ur $[s÷Gsù $Y6Ìs% ÇÊÑÈ
lalu Dia memberikan ketenangan atas
mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat. QS. AlFath(48): 18.
Rasulullah dan para sahabatNya mampu
mengalahkan kaum musyrikin dengan “senjata” sakinah, misalnya ketika perang
Badar, 300 orang muslim mampu
mengalahkan 1000 orang musyrik . Begitupula dalam kehidupan berkeluarga, insya
Allah sakinah akan mampu melawan segala gangguan dan godaan dalam rumahtangga.
3. Meningkatkan Keimanan
uqèd üÏ%©!$# tAtRr& spoYÅ3¡¡9$# Îû É>qè=è% tûüÏZÏB÷sßJø9$# (#ÿrß#y÷zÏ9 $YZ»yJÎ) yì¨B öNÍkÈ]»yJÎ) 3 ¬!ur ßqãZã_ ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4 tb%x.ur ª!$# $¸JÎ=tã $VJÅ3ym ÇÍÈ
Dia-lah yang telah Menurunkan
ketenangan ke dalam hati orang-orang Mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan
mereka (yang telah ada,,,QS AlFath(48):4
Pasangan yang rumah tangganya sakinah
tentu akan lebih khusu dan rajin beribadah, sehingga keimanannya akan
meningkat. Indikator keluarga Sakinah adalah adanya peningkatan ibadah,
amal sholeh dan keimanan.
Membangun Keluarga Sakinah
1.
Menikah karena Agama
تُنْكَحُ
الْمَرْأَةُ لأرْبَعٍ لِماَلِهاَ وَلِنَسَبِهَا وَلِجَماَلِهَا وَلِدِيْنِهَا
فَأظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
Seorang perempuan dinikahi karena empat
perkara: Hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Beruntunglah yang
memilih karena Agama, niscaya dirimu akan selamat (HR Bukhori dan Muslim)
2.
Saling mengenal dan saling memahami
$pkr'¯»t â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.s 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© @ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ×Î7yz ÇÊÌÈ
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah
Menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami
Jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh,
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. (QS
Alhujurat(49): 13)
Suami-istri adalah dua pribadi yang
berbeda, selain berbeda kelamin dan usia keduanya juga berbeda latar belakang,
adat, selera, kebiasaan, tabiat, sifat, dll. Walaupun sudah bertahun-tahun
berpacaran, tidak akan ada orang yang bisa mengenal utuh seluruh sifat dan
tabiat pasangannya. Bahkan seorang ibupun tidak akan pernah mengenal seluruh
sifat dan tabiat anaknya yang diasuhnya sejak lahir. Untuk itu selama
pernikahan akan ada proses saling mengenal (ta’aruf), ta’aruf adalah proses dua
arah yang akan terus berlangsung sampai ahir hayat. Setelah menikah akan
berangsur-angsur tampak kebaikan dan kejelekan masing-masing pasangannya yang
belum dikenalnya ketika pacaran. Sifat yang dikenal tentu ada yang menyenangkan
ada juga yang tidak disukai masing-masing pasangannya.
Dari proses ta’aruf tersebut seharusnya
lahir tafahum (saling memahami). Sifat
dan tabi’at atau akhlaq yang baik akan menumbuhkan atau meningkatkan cinta
kasih sehingga lahir proses saling menyayangi (tarohum). Setiap pasangan
hendaknya saling menghormati (takarum) keunggulan dan kelebihan masing-masing
pasangannya. Jika ada kekurangan dan kelemahan masing-masing pasangan hendaknya
melahirkan sikap saling bantu, saling tolong dan saling melengkapi (ta’awun)
kekurangan pasangannya. Jika ditemui sifat dan tabiat buruk dari pasangannya
maka hendaklah muncul saling menasihati (tawashau). Tentu saja tidak semua
perbedaan bisa dipadukan, masing-masing tetap memiliki jati diri, seperti minat,
selera, hobby dll. yang tak mungkin diseragamkan, terhadap perbedaan tersebut
harus ada toleransi (tasammuh)
“Bila anda mengharapkan pasangan yang
sempurna dan bisa memenuhi segala keinginan dan kebutuhan anda, bersiaplah
untuk hidup membujang selamanya”.
3.
Lemah Lembut, Saling Memaafkan, Musyawarah & Tawakkal.
Perbedaan punya potensi untuk
melahirkan konflik. Perbedaan hendaknya dihadapi dengan kelembutan bukan dengan
kemarahan dan kekerasan, malahan jika pasangannya berbeda maka sebaiknya dimaafkan
(dimaklumi) dan dimintakan ampunan Allah serta bermusyawarah. Maksudnya harus ada komunikasi timbal balik
yang dibangun sehingga persoalan dan perbedaan yang muncul akan menjadi diskusi
yang dinamis sekaligus mendapatkan solusi . Tidak ada solusi atau keputusan
yang dapat memuaskan semua fihak, tetapi jika telah ada kesepakatan maka bertawakkalah.
4.
Saling menghiasi, saling melindungi & saling menutupi
هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ
لَّهُنَّ
... Mereka adalah pakaian bagi kalian,
dan kalian adalah pakaian bagi mereka.. QS.Al-Baqarah(2): 187
Pasangan suami-istri dalam Alquran
digambarkan sebagai pakaian, suami adalah pakaian untuk istrinya, dan istri
sebagai pakaian bagi suaminya. Fungsi utama pakaian adalah sebagai perhiasan,
pelindung dan penutup aurat.
Seorang suami atau istri yang berakhlaq
baik, akan menjadi hiasan bagi pasangannya.
Jika salah satu diantara pasangan berbuat baik atau berperilaku menawan,
maka pasangannya akan ikut memperoleh kebaikan. Begitu pula sebaliknya jika
suami atau istri berbuat keburukan, maka pasangannya juga akan terbawa buruk.
Suami wajib melindungi istrinya dari
berbagai gangguan,sehingga istrinya akan merasa aman dan nyaman. Begitu pula
istri wajib menjaga kehormatan dan harta suaminya, sehingga sang suami akan
merasa tentram dan tenang.
Selain itu tiap suami/istri wajib untuk
menutupi aib dan kekurangan pasangannya.
Suami atau istri satu sama lain harus saling melengkapi, karena
kekurangan yang dimiliki keduanya dan tidak menganggap diri sebagai manusia
hebat. Keburukan dan kekurangan suami atau istri hanya diketahui oleh
pasangannya masing-masing tidak sampai tampak oleh orang lain.
Taqwa adalah pakaian dan hiasan
terbaik, karena “taqwa” merupakan hiasan terindah, yang dapat memuliakan
pemakainya.Taqwa juga merupakan pelindung yang kokoh dan tangguh yang dapat
menghalangi dari berbagai godaan dan gangguan syetan serta menghalangi dorongan
untuk berbuat dosa,sehingga terbebas dari kemaksiatan dan kemunkaran.
“Fungsi utama pakaian adalah melindungi
tubuh agar sehat, menutupi kekurangan agar tak terlihat orang lain dan
memperindah penampilan agar tampil mempesona. Sudahkah pakaian kita berfungsi
sebagaimana seharusnya?”.
5.
Kesetaraan atau kemitraan
Pria dan wanita tidak ada perbedaan
dari asal kejadiannya,mereka diciptakan dari perpaduan antara sperma lelaki dan
indung telur perempuan karena itu sederajat antar mereka dari sisi kemanusiaan.
Pria dan wanita dipandang sama di sisi Allah, bahwa
6.
Memperoleh Rizki yang halal
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ-ص-مَنِ اكْتَسَبَ
مَالاً مِنْ مَأْثَم فَوَصَلَ بِهِ رَحِمَهُ اَوْ تَصَدَّقَ بِهِ اَوْ أَنْفَقَهُ
فِى سَبِيْلِ اللهِ جُمِعَ ذَالِكَ كُلُهُ جَمِيْعًا فَقُذِفَ بِهِ فِى جَهَنَّمَ
)أَبُوْ دَاود(
Barang siapa yang memperoleh harta
dengan cara/barang yang terlarang (dosa) lalu ia gunakan untuk menjalin
silaturrahim atau bersedekah atau membelanjakan di jalan Allah maka semua itu
akan dikumpulkan, kemudian dilemparkan ke dalam neraka jahannam
7.
Membiasakan dzikir :
عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ
ص نَوِّرُوْا مَنَازِلَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَقِرَاءَةِ القُرْآنِ) البيهقى(
Terangi rumah-rumah kalian dengan
shalat dan bacaan Alquran. HR Albaihaqi
Shalat dan membaca Alquran merupakan
bentuk dzikir atau mengingat Allah SWT yang akan mendatangkan ketenangan dan
ketrentaman hati
الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ
قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ -٢٨-
(yaitu) orang-orang yang beriman dan
hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah hati menjadi tenteram. QS Al-Ra’du(13):28
8.
Menunaikan hak dan kewajiban
a) Sebagai
suami
· Tanggung jawab rumah tangga tak hanya
tanggung jawab suami, tapi tanggung jawab bersama suami-istri, tapi Islam telah
menempatkan suami sebagai pimpinan tertinggi rumah tangga
ãA%y`Ìh9$# cqãBº§qs% n?tã Ïä!$|¡ÏiY9$# $yJÎ/ @Òsù ª!$# óOßgÒ÷èt/ 4n?tã <Ù÷èt/ !$yJÎ/ur (#qà)xÿRr& ô`ÏB öNÎgÏ9ºuqøBr& ,
Laki-laki (suami) itu pemimpin
(pelindung) bagi perempuan (istri),oleh karena itu Allah telah mengunggulkan
pria atas wanita, dan karena pria telah menafkahkan sebagian hartanya. ( QS al-Nisa (4) : 34)
Suami bertanggung jawab penuh terhadap
keselamatan diri dan keluarganya, suami yang diharapkan Islam adalah suami yang
senantiasa bersikap lemah lembut, terhadap istrinya tak mengeluarkan ucapan
kasar, apalagi yang bertindak melukai perasaan dan fisik istrinya.
b. Sebagai istri
Dunia adalah perhiasan, dan
perempuan/istri yang shalihah adalah perhiasan terbaik,
الْدُّنيَا مَتَاعٌ وَخَيرُ مَتَاعِهَا
المَـــرأَةُ الصَّالحَةُ
Kehidupan dunia adalah kenikmatan yang
menyenangkan, dan yang paling
menyenangkan adalah perempuan/istri yang shalihah (HR Muslim dan
At-Timidzi), Istri
shalehah adalah istri yang taat kepada Allah dan suaminya serta menjaga dan
memelihara hal-hal yang tidak patut dimunculkan demi ketentraman rumah tangga
4 àM»ysÎ=»¢Á9$$sù ìM»tGÏZ»s% ×M»sàÏÿ»ym É=øtóù=Ïj9 $yJÎ/ xáÏÿym ª!$# 4
Maka perempuan-perempuan yang saleh, adalah
mereka yang taat (kepadaAllah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada,
karena Allah telah memelihara (mereka). QS al-Nisa(4) : 34
c. Sebagai Anak
sesudah berkeluarga kewajiban untuk
hormat dan berbuat baik kepada kedua orangtua tidak berkurang, bahkan harus
meningkat. Justru setelah berumahtangga dan memiliki anak, akan merasakan
bagaimana sulitnya perjuangan menjadi orangtua.
* 4Ó|Ós%ur y7/u wr& (#ÿrßç7÷ès? HwÎ) çn$Î) Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $·Z»|¡ômÎ) 4 $¨BÎ) £`tóè=ö7t x8yYÏã uy9Å6ø9$# !$yJèdßtnr& ÷rr& $yJèdxÏ. xsù @à)s? !$yJçl°; 7e$é& wur $yJèdöpk÷]s? @è%ur $yJßg©9 Zwöqs% $VJÌ2 ÇËÌÈ
Dan Tuhan-mu telah Memerintahkan agar
kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah
kepada keduanya perkataan yang baik.(Mengucapkan kata “ah” kepada orang tua
dilarang, apalagi meng-ucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih
kasar daripada itu). (QS
Al-Isro (17):23)
Hormat dan berbuat baik tehadap
orangtua selain beribadah melaksanakan perintah Allah tapi juga sebagai balas
budi atas segala pengorbanan mereka merawat, mendidik, membimbing anaknya.
Sebesar apapun balas budi terhadap kebaikan orangtua tak akan mampu membayar
pengorbanan mereka. Karena Rassulullah juga berpesan dalam
sabda sucinya bahwa syurga itu ada dibawah telapak kaki ibu maka untuk
menikmati indah dan udara sejuk angin syurga taatilah segala perintah ayah
bunda kita.
Hariyono
Nur Kholis** Adalah Mahasiswa Sekaligus Aktivis Study Komunikasi dan
Penyiaran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Mantan Kaisar di Badan Eksekutif Mahasiswa, Univesitas Islam Negeri Yogyakarta.
0 Response to "Keluargaku Taman Surgaku"
Post a Comment