Analisis Framing Robert N. Entman
Oleh : Hariyono Nur Kholis *
Proposal
Analisis Framing
Proposal Ini Kami Susun Untuk Memenuhi Tugas Penelitian Dan Ujian Tengah Semester Materi Kuliah Analisis Teks Media
Pembimbing
:
Bapak Nanang Miswar
19690919
199601 2 001
Di
Susun Oleh :
HARIYONO NUR KHOLIS
NIM
: 11210104
KOMUNIKASI
DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2013/2014
A. Judul
Penelitian
ANALISIS
FRAMING PEMBERITAAN KPK PENGANG REKAMAN ATUT SOAL SUAP AKIL.
B. Latar
Belakang
“Komisi
Pemberantasan Korupsi mengantongi rekaman percakapan Gubenur Banten Atut
Chosiyah dengan Chaeri Wardana dan pengacara Susi Tur Andayani. Percakapan itu
menyangkut suap terhadap Ketua Mahkama Konstitusi Akil Mochtar, yang menangani
sengketa pemilihan kepala daerah Kabupaten Lebak, Banten. “Atut memintah agar
adiknya, Cheari, berkoordinasi dengan Akil memlalui Susi untuk mengamankan
sengketa itu” kata sumber Tempo kemarin. Pembicaraan mereka bertiga, menurut
sumber tersebut , merupakan tindak lanjut pertemuan Atut, cheari dan Akil di
Hotel JW Marriot, Singapura pada 21 September lalu[1]”
Sengaja
tulisan miring diatas saya ambil sebagai kutipan dalam salah satu berita di
koran Tempo yang judul beritanya KPK Pegang Rekeaman Atut Soal Suap Akil.
Disebuah surat kabar atau media cetak Nasional yang ada di negara Indonesia.
Isi beritanya sebenarnya mengenai proses eksekusi penahanan Atut selaku
terdakwa kasus suap mantan ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar. Media tempo memberitakan
realitas tersebut dengan menggunakan texs judul seperti yang diatas di sebutkan
KPK PEGANG REKAMAN ATUT SOAL SUAP AKIL Tulisan
rekaman Atut bahkan secara terang-terang diwarnai berbeda. seakan megaskan pada
pembaca bahwa KPK sudah dengan terang-terangan mengumumkan Atut sebagai
tersangka. yang peneliti mencoba menganalisis dari kaca mata sempit, judul
tersebut bersifat bombastis tentunya mempunyai makna dan tujuan sendiri jika di
bahas dalam wacana jurnalisme kita pada era saat ini.
Dihalam
dalam koran juga ada berita yang hampir mirip dalam mengeskspos sebuah berita
tentang isu penangkapan Atut. Judul beritanya Atut Disebut Sebagai Pengendali
Suap Ke Ketua Mahkamah. Tidak hanya itu ada juga “Silat Banten Untuk Sang
Gubenur” hal ini merupakan sebuah aksi dan dukungan serta apresiasi pada Atut,
agar Kasus Atut segera diselesaikan dan jangan sampai dicampur adukkan dengan
persoalan politik.(21/12/13). “Keluarga seperti menjadi seekor bebek lumpuh yang bisa
diperlakukan apa pun,” kata Fitron, dalam diskusi bertajuk "Setelah
Atut Tersangkut" di Jakarta, Sabtu (21/12/2013). Dalam berita ini jelas
menurut juru bicara Atut, Fitron adalah sebuah pengalihan isu dan proses
dramatis. Dalam upaya menghilangkan isu atau pengalihan isu terkait kasus Bank
Century atau lainnya.
Berbeda dengan Rano karno , dalam
halaman kedua yang berjudul. “ Rano Karno Ambil Alih Wewenang Atut. Kementerian
Dalam Negeri Menyatakan Wakil Gubenur Banten Rano Karno dapat mengambil alih
tugas, juru bicara Kementerian Dalam Negeri(Restuardy Daud) walaupun sejatinya
Menteri Dalam Negeri belum bisa menonaktifkan Atut, sebab dalam Undang-undang
Pemerintah Daerah menyatakan penonaktifan kepala daerah hanya bisa dilakukan
apabila jika yang bersangkutan menjadi terdakwa. Namun perlu saya ingatkan
berita ini hanya serangkain cerita atau babak dari headline edisi 21 Desember
2013.
Pada headline disini jelas ada dua
aspek 1. Terkait Seleksi Isu,dan dalam pemberitaan realitasnya juga
sangat komplek dan beragam. Dimana ada
bagian berita yang dimasukkan (Included) ada juga berita yang
dikeluarkan (Excluded), contoh seleksi isu yang dimasukkan adalah
terkait tentang Korupsi, dan tindak kejahatan yang dilakukan oleh Gubenur
Banten, Atut Chosiyah. Contoh isu berita yang tidak dikeluarkan dalam
pemberitaan edisi 21/13 dalam koran Tempo adalah tentang dinasti Atut, padahal
pada edisi sebelumnya jelas koran tempo 2 hari berturut-turut membicarakan topik
tentang runtuhnya dinasti Atut.
Aspek teori Robetr N. Entman juga
tentang 2. Penonjolan Aspek hal
ini sangat berhubungan dengan cara penulisan fakta. Ketika suatu aspek tertentu
dari isu tertentu dari suatu peristiwa atau kejadian/ isu tersebut telah
dipilih, dan bagaimana aspek itu ditulis dan disajikan, tentu hal ini sangat
bersinergis dengan pemakaian kata, kalimat, da, citra tertentu untuk
ditampilkan kepada khalayak dan pembaca. Kami ngambil sampel dari pemberitaan
tersebut seperti ini “KPK PEGANG REKAMAN ATUT” “ Tersangka dititipkan di Rutan
Pondok Bambu selama 20 hari pertama” ada juga di lembaran kedua tepanya di
Halaman 4 “Atut Disebut Pengedali Suap” seakan akan sosok Atut dinobatkan
sebagai juri kunci suap.
Dalam
kondisi seperti itu media dianggap
mempunyai kekuatan yang kuat dalam mengkonstruksi dan mempresentasikan sebuah
image personal individu, lewat pemberitaannya tentang perilaku, sifat, moral
dan aktivitas individu. Contah kecil saja realitas pemberitaan Atut, Gubenur Banten yang jadikan
tersangka Kasus Suap Ketua MK (Akil Mochtar).
Oleh
media massa mungkin salah satunya adalah koran Tempo yang kami jadikan Objeck
kajian, tidak bisa di pungkiri akan tercipta sebuah perbedaan dalam penyajian
berita.
Pada
kasus Atut ini banyak masih yang menjadi polemik dan perdebatan bahkan saling
tuding antara satu individu dengan individu yang lainnya, bahkan koran tempo
saja dalam memberitakan kasus Atut, hampir satu minggu lebih. Walaupun pada
saat ini jelas Atut sudah ditetapkan menjadi tersangka. Bahkan Koran Tempo di
halaman depan paling atas berani menulis sebuah judul berita seperti ini “ SI
DOEL Menjabat Gubenur Banten” sehingga disini sangat mencederai dan mengudang
amarah banyak orang atau masyarakat Banten, khusunya pendukung fanatik Atut.
Padahal jelas Atut kasusnya masih tersangka bukan terdakwa. Semestinya Tempo dalam
pemberitaan harus juga berpegang teguh pada Undang-Undang Negara. Agar fungsi
media sebagai kontrol sosial tetap terjaga.
Pembingkaian dan
konstruksi image seseorang oleh media merupakan upaya untuk mengkonstruksikan
dan merepresentasikan sebuah realitas. Hal
bisa ditemui pula di media-media Indonesia. Berbagai studi mengenai
pemberitaan media banyak dilakukan dengan tujuan mengetahui bagaimana media
mengkonstruksi realita dalam pemberitaanya. Dari hasil berbagai studi yang
telah dilakukan sebelumnya, dapat diketahui bahwa media-media di Indonesia
cenderung bias dalam mengkonstruksi realita. Hal ini dibuktikan dari berbagai
studi yang menemukan fakta bahwa satu isu yang sama seringkali dikonstruksi
secara berbeda oleh media yang berlainan, dan beberapa figur bisa di
konstruksikan berbeda sesuai kepentingan media baik media cetak maupun
televisi.[2]
Perbedaan konstruksi tersebut dilatarbelakangi oleh perbedaan sikap media dalam
memandang suatu realitas sosial. Sikap media secara umum terbentuk melalui
interaksi antara faktor personal jurnalis yaitu bagaimana cara jurnalis
memahami suatu realita dan menuliskannya dalam berita dengan faktor
organisasional dan pemilik modal, media itu sendiri yaitu nilai-nilai dan
kepentingan. Tidak hanya ada juga, dari sudut pandang eksternal, pandangan
media tersebut juga dipengaruhi oleh konteks sosial politik yang sedang
gencar-gencarnya terjadi.
C. Rumusan Masalah
Media
massa selama ini diartikan sebagai suatu identitas yang memiliki peran dan
fungsi untuk mengumpulkan sekaligus mendistribusikan informasi dari dan ke
masyarakat.[3] Namun dalam
kasus Atut selaku Gubenur banten media massa dapat mengalihkan isu baik isu
yang kecil bisa dibesarkan begitupun sebaliknya. Dimana pada tahun politik saat
ini media massa kini dijadikan sebagai senjata yang sangat ampuh, dan merupakan
menjadi sebuah kunci dari keberhasilan,
dimana dengan media massa indvidu dengan indivu yang lain, individu dengan
kelompok, dan kelompok dengan individu dapat saling menjatuhkan media massa juga
mampu mengangkat image perseorangan/kandidat bahkan mendoktrin perorangan. Juga
bisa di bangun dan didistribusikan kepada masyarakat secara luas. Dalam
pembangunan image politik dan penonjolan isu dalam proses komunikasi kerap sekali terjadi dalam
pemberitaan dalam media surat kabar, terlebih seperti contoh kasus di koran
Tempo.
Di
sadari atau tidak intitusi-intitusi media massa
sekarang ini sudah menjadi penguasa penting di era informasi seperti saat
ini,karena otoritas besar dari mereka harunya diikuti oleh peningkatan
personilnya. Maka penting kiranya kita disini dalam menganalisi suatu berita
untuk menemukan dan memahami teks media yang disajikan oleh media pada
khalayak. Dengan cara melakukan pembingkai suatu berita aatau biasa kita kenal
dalam bahasa kerennya adalah analisi framing.
Framing itu nantinya menentukan realitas yang sesungguhnya hadir dihadapan
pembaca. Karena apa yang kita ketahui pada realitas pada dasanya tergantung
bagaimana kita memahami dan melakukan frame, pada peristiwa yang memberikan
pemahaman dan pemaknaan tertentu pada peristiwa itu sendiri.[4]
Dugaan
kuat hari ini adalah dengan adanya kebebasan pers dalam mengembangkan kemasan
model pemberitaan, pada suatu persimpangan yang masing-masing pengelolah bebas
menampilkan model-model pemberitaan sesuai keinginannya. Lebih dari pada itu
berita dikalangan masyarakat bawah akan bersifat dan bernilai apa adanya, dan
sebagai sebuah barang suci penuh nilai objectifitas. Namun lain lagi dengan
masyarakat yang memang paham betul dengan pergerakan pers. Dimana mereka akan
lebih dalam untuk menilai suatu pemberitaan.
Pada
dasarnya media juga adalah sebagai media diskusi publik tentang suatu maslah yang dilakukan dan
melibatkan tiga pihak: wartawan, sumber berita, dan khalayak atau pembaca.
Sehingga ketiga pihak itu menjadi dasar keterlibtannya pada peran sosial
masing-masing dan pola hubungan di antara mereka yang terbentuk melalui
operasionalisasi teks yang mereka konstruk, pendekatan analisis framing disini memandang wacana
suatu berita sebagai semacam arena atau medang perang simbolik antara
pihak-pihak yang berkepentingan dan pokok persoalan wacana. Misal adanya contoh
kasus dalam lembaran ke 2 di halaman tempo kemarin edisi 21 Desember 2013
dimana adanya munculnya isu rano karno sebagai Gubenur Provinsi Banten. Dalam
kasus ini ada dua pihak yang saling bertarung yang masing berusaha menonjolkan
dan mencari berbagai alasan dan klaim, baik dari kubu yang mendukung dan kubu
yang kontra.
Peristiwa-peristiwa
penting yang sangat bersentuhan langsung dan menyeret orang-orang atau figur
yang memiliki pamor dimata masyarakat, juga kepentingan publik selalu menarik
perhatian masyarakat dan menfokuskannya pada problem sosial tertentu. Berkaitan
dengan hal tersebut, penelitian ini mencoba menggali praktek produksi
pencitraan di Indonesia dengan melakukan alanisis framing pemberitaan tentang
kasus suap Atut. positif labeling dari
para jurnalis meski mungkin dengan label yang berbeda. Berkaitan dengan hal
tersebut, persoalan yang coba dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana
Koran Tempo membingkai suatu kasus suap.
D. Tujuan
Dan Kegunaan
Penelitian
ini memiliki tujuan untuk:
- untuk mengetahui bagaimana isu dan penonjolan masalah berita tentang pencitraan kasus Atut dan peganti Atut sebagai Gubenur Banten yang diberitakan olah Koran Tempo.
- Tidak lain untuk belajar berpola fikir.
- Untuk lebih memahami sudut padang pemberitaan media dan memperoleh data akurat
- Untuk melatih otak kita agar kritis dalam pemberitaan yang ada dalam surat kabar
- Untuk mengidentifikasi bagaimana praktek jurnalisme yang dilakukan oleh Koran Tempo dalam mengkonstruksikan pada khalayak terkait kasus Atut
- Untuk memberi khazanah bagi study Komunikasi dan Penyiaran Islam terlebebih pada ranah analisis teks media
Kegunaan Praktis
Untuk khalayak dan untuk pembaca berita
a. Penelitian ini untuk memberi pengetahuan untuk
khalayak dan pembaca tentang apa dan
bagaimana proses suatu pembingkaian yang dilakukan oleh media.
b. tujuannya
adalah meningkatkan kesadaran khalayak untuk memahami bagaimana sebuah preses
sebuah berita sampai dihadapan pembaca, sehingga khalayak lebih kritis pada
pemberitaan media.
Untuk peminat kajian media
a. semoga menjadi referensi dalam penelitian
selanjutnya.
a. Praktis
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan wawasan,
manfaat, pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana teks pencitraan yang diproduksi media massa di Indonesia.
Selain itu penelitian ini juga diharapkan bisa memberikan masukan dan landasan
bagi para jurnalis yang secara tidak sadar maupun sadar sudah memproduksi
berita yang mengandung pelabelan negatif .[5]
b. Teoritis
kecil
dan besar tentunya senantiasa diharpakan oleh sang penulis dari hasil
penelitian ini bisa sedikit memberi suatu pengetahuan dan wawasan berffikit
juga shadqah ilmu terhadap jurusan komunikasi dan
penyiaran islam secara umum dan khusunya meteri analisis teks media konsentrasi
jurnalistik dan memperkaya gagasab teori-teori jurnalistik yang bersinggungan
dengan politik, budaya ekonomi dan hukum yang kemudian memberikan sumbangan
dalam pengaplikasian secara praktis yang menjadi jembatan dalam pembelajaran
ilmu Jurnalisme.
E. Landasan
Teori
1.
Berita sebagai hasil Konstruksi realita media
Konsep konstrusi
realitas awalnya dikemukakan oleh Peter Berger & Thomas Luckman yang
mengajukan gagasan bahwa realitas sosial bukanlah
sesuatu yang terjadi semata-mata, melainkan hasil interpretasi ataupemaknaan manusia. Karena merupakan hasil
pemaknaan yang subjektif berdasarkan nilai-nilai individu, Berger berpendapat
bahwa manusialah yang mengkonstruksi realitasnya sendiri. Dalam pemahaman
konstruktivisme,realitas berwajah plural karena setiap orang bisa mempunyai
konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitasberdasarkan nilai-nilai,
pengalaman, preferensi, pendidikan, dan kondisi sosial tertentu yang
mempengaruhipemahaman sesorang dalam menafsirkan realitas sosial tersebut
(Eriyanto,2002).
Dalam
pandangan konstruksionis, media dipandang sebagai agen konstruksi sosial karena
media mengkonstruksi realitas dengan cara mendefinisikan realita tersebut pada
khalayak berdasarkan konsepsi dan pandangan media tersebut. Media
mengkonstruksi realita melalui proses seleksi realitas yang dianggap penting untuk diberitakan dan mengatur bagaimana realita
tersebut ditampilkan dalam berita, yaitu dengan cara memilih narasumber,
memilih bahasa yang dipakai, dan membingkai dalam sudut pandang tertentu
(Eriyanto, 2002).Merujuk pada Eriyanto (2001), terdapat ada tiga tahapan
yang dilakukan media dalam mengkonstruksi realitasdalam berita, yaitu: (1)
media menuliskan berita dalam bingkai tertentu, (2) media memberikan
simbol-simbol tertentu pada peristiwa dan aktor yang terlibat dalam berita, (3)
media juga menentukan apakah peristiwa ditempatkan sebagai hal yang penting
atau tidak. Oleh karena itulah, berita dipandang sebagai hasil konstruksi
realita yang dilakukan oleh media.[6]
Gambar 1.2
Alur
Representation System Process
Proses I
Proses II
.
F. Metode
Penelitian
Penelitian
ini bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode analisis Framing
Robert N. Entman yang diharapkan bisa meracik dan menjadi pisua analisi sikap
Koran Tempo dalam pemberitaan terhadap Tersangka kasus Gebenur Banten Atut dan
siapa yang layak menggantikannya dan menggunakan metode penelitian kualitatif
dan tidak menggunakan sebuah angka-angka dalam pengumpulan datanya. dengan meneliti seleksi isu dan penonjolan aspek
dalam memberitakan terdakwanya Atut oleh KPK.
Ada dua aspek 1. Terkait Seleksi Isu,dan dalam pemberitaan
realitasnya juga sangat komplek dan beragam.
Dimana ada bagian berita yang dimasukkan (Included) ada juga
berita yang dikeluarkan (Excluded), contoh seleksi isu yang dimasukkan
adalah terkait tentang Korupsi, dan tindak kejahatan yang dilakukan oleh
Gubenur Banten, Atut Chosiyah. Contoh isu berita yang tidak dikeluarkan dalam
pemberitaan edisi 21/13 dalam koran Tempo adalah tentang dinasti Atut, padahal
pada edisi sebelumnya jelas koran tempo 2 hari berturut-turut membicarakan
topik tentang runtuhnya dinasti Atut.
Aspek teori Robetr N. Entman juga
tentang 2. Penonjolan Aspek hal
ini sangat berhubungan dengan cara penulisan fakta.
G-A. Objek Penelitian
Dalam
Penelitian ini kami mengmbil objeck salah satu media cetak di Indonesia yaitu
Koran Tempo. Unit observasi adalah headline pemberitaan sebuah kasus
tertahannya Atut yang isu ini terungkap setulah
dua kali diperiksa sebagai saksi suap Akil Mochtar (kala itu sebagai
Ketua Mahkamah Konstitusi).
G.B. Teknik Pemgabilan Jenis
Data
1. Teknik Pustaka
Kami
memilih menggunakan berbagai sampel data berupa teks, foto, cover majalah,
grafis, dan symbol-simbol yang merepresentasikan orang orang, tindakan-tindakan
dari peristiwa yang menjadi obyek penelitian ini. serta mempelajari, memahami
dan mengutip teori-teori dari berbagi literatur, baik koran, buku, majalah dan
artikel yang relevan dengan topik dan fokus.
2. Teknik Documentasi
Dokumentasi
disini teknik pengumpulan data kami lakukan dengan cara mengambil data melalui
berbagai dukument yang saya rasa penting.
Seperti
halnya dengan cara memfaatkan dokumen-dokumen tertulis, gambar dan foto-foto
dan catatan-catatan kecil yang penulis miliki saat diperoleh diskusi dan
penjelasan dari dosen pengampu Materi Analisis Teks Media.
G.C. Teknik dan Pisau
Analisis Data
Teknik
dan pisau analisis data dalam penelitian ini kami mencoba menggunakan teorinya
konsep framing Robert N. Antman yang menekankan pada dua hal 1. Seleksi Isu 2.
Penonjolan atau penekanan aspek-aspek tertentu dari sebuah realitas yang
diangkat yang dijadikan headline di koran Tempo,. Dimana Entman dalam proses
mendifinisikan peristiwa ini menyebut ada empat cara yang seirng digunakan oleh
suatu media.
Di
antara ke empat cara itu merupakan strategi media , dan membawa konsekuensi
tertentu atas realitas yang dibentuk oleh suatu media itu sendiri. Pertama, Identifikasi
masalah (problem identification) yaitu
peristiwa yang hendak dinilai sebagai apa KPK Pegang Rekaman Atut.. Kedua identifikasi
penyebab masalah (Causal Interpretation). Mencari siapa yang dianggap
sebagi penyebab maslah jelas dalam pemberitaan itu adalah “Tindak lanjut
pertemuan Atut, Cheari dan Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil di Hotel JW.
Marriot pada 21 September lalu. Namun dalam pemberitaan itu media tidak begitu
sedetail mungkin memberitakan tentang isi rekaman Atut Itu sendiri meskipun
jelas dalam Tek Judul dalam berita itu bertuliskan seperti ini KPK PEGANG REKMANAN ATUT SOAL SUAP AKIL” dari teks judul saja
media dengan terang mewarnai tulisan Rekaman Atut dengan warnah merah, namun
berbanding terbalik dengan isi berita tersebut dimana didalamnya justru tempo
lebih menampilkan proses kronoligis Eksekusi Atut oleh pihak ke polisian. Ketiga
evaluasi moral (Moral Evaluation) dalam pemberitaan tersebut kamu mengutip
isi berita seperti ini “Klien kami belum diperiksa sampai ke materi” menurut
pengacara Atut.
G.D Perangkat Framing Robet N. Entman
Analisis penelitian ini menggunakan model Robert N. Entman yang
mengopersionalkan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat
framing: define problems (pendefinisian masalah), diagnose causes (sumber
masalah), make a moral judgement (keputusan), dan treatment recommendation
(menekankan penyelesaian).
Skema Framing Robert N. Entman
Skema Analisis Framing Robert N. Entnam
01
|
Define Problems
(Pendefinisian masalah)
|
Bagaimana suatu peristiwa/isu dilihat? Sebagai apa?
Sebagai masalah apa?
Kejahatan, dan Kasus Korupsi Atut
|
02
|
Diagnose causes
(Memperkirakan masalah atau sumber masalah)
|
Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang
dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah? Siapa (aktor) yang dianggap
sebagai penyebab masalah? Ex “Adanya
penangkapan Atut, dan pemeriksaan KPK selamah enam jam juga bukti suap pada
Akil Mochtar. KPK pegang Rekaman Atut.”
|
03
|
Make moral judgement
(Membuat keputusan moral)
|
Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan
masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau mendelegitimasi
suatu tindakan?
“Tuduhan-tuduhan
Terhadap Atut Sebagai Penyuruh, “Dia diduga sebagai pihak yang menyuruh” kata
sumber dalam rekaman itu.
|
04
|
Treatment recommendation (Menekankan penyelesaian)
|
Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi
masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi
masalah
Sampelnya
“ Pemeriksaan selama 6 jam dan penangkapan Atut. Yang pada awalnya
alasanya terganggu oleh kondisi fisik
dia yang sakit.
|
Tabel
1.1
Tabel
Kerangka Framing Robert N. Entman
Problem
Identification
|
Masalah Kasus Suap
|
Causal Interpretation
|
Atut Chosiyah adalah faktor penyebab, Akil sebagai korban dan adiknya Chaeri,
Teuku Nasrullah juga sebagai korban
konspirasi.
|
Moral Evaluation
|
Chaeri dan Pengacarnya tak berdaya’ dimana “Klien
kami belum diperiksa sampai materi atau substansi”Tandasnya
|
Treatment Recomendatiom
|
Diperikasa KPK dan diseret ke Tahanan. Diungkap
kebenarnya setelah diperiksa enam jam.
|
G.3. Batasan Penelitian
Disadari atau tidak pada penelitian dan
analisi framing ini hanya memfokuskan
satu permasalahan dalam sebuah media cetak
yaitu pemberitaan tentang KPK Pegang Rekaman Atut Soal Suap Akil.
Walaupun demikain peneliti berharap penelitian dan analisi framing ini bisa
memberikan gambaran iklim tentang praktek produksi pemberitaan media di
Indonesia khusunya dimedia Tempo dan Kompas walaupun kamu cuman mengupas
sedikit dalam pemberitaan Kompas.
G.4. Keterbatasan
Penelitian
Tentu dalam penelitain ini hanya
terbatas pada analisi framing dan analisi teks saja dan tidak melakukan analisa
lebih jauh ke newsroom tentang latar belakang kenapa praktek jurnalisme
pencitraan berlangsung. Penelitian ini juga hanya mengamati tentang pemberitaan
kasus Korupsi yang terjadi di Indonesia dan menimpa mantan ketua Mahkamah
Konstitusi Akil Mochtar, dan itupun hanya menyoroti satu media di Indonesia.
Jadi hasil penelitian ini bisa dibilang tidak bisa dijadikan sebuah kiblat dan
digeneralisir.
Daftar Pustaka
Pawito, Ph.D. Penelitian Komunikasi Kualitati, Yogyakarta:
Lkis 2008
Eriyanto
Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media.Yogyakarta : LkiS 2001
Firmanzah,Ph.D.
“ Marketing Politik”, yayasan Obor
Indonesia, Jakarta, 2008.
Analisis Framing : Konstruksi, ideologi, dan Politik
Media. Yogyakarta :LKiS(2002)
Berita
Koran Tempo, “KPK Pengang Rekaman Atut Soal Suap Akil.”
“Rano
Karno Ambil Ali Wewenang Atut”pada tanggal 21
Desember 2013
Koran
Kompas “Atut Menangis Tersedu-sedu” 21/12/3013
[4] Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media
: Lkis, 2001,) .Hlm 127.
[5] makalah laporan penelitian analisis framing pemberitaan figur
soekarwo dan khofifah dalam kampanye polkada
jawa timur tahun 2013 Nanang Mizwar.
Dosen Fakultas Dakwah Komunikasi.
[6] Kutipan Tulisan Dari Hasil Proposal Penelitian Bapak Nanang Mizwar.
0 Response to "Analisis Framing Robert N. Entman"
Post a Comment