Puisi-Puisi : Hariyono Nur Kholis*
Aku Tak Mendegar Suaramu[1]
Aku tak lagi mendengar suaramu
Sehabis berkoar-koar dibawah
Polesan kata warnamu
Aku tak lagi mendengar suaramu
Diantara jeritan pengemis
air mata
Yang mengalir, hanyut oleh bahasa yang buta
Aku tak lagi mendengar suaramu
Meminta, mengasah agar kelaminmu tetap basa
Yogyakarta, Juli 2013
Asap Kecil
: D.Zawawi Imron
Asap kecil yang membubung
ketangga langit
Membawa riak cerita
Dari sekian episode bahasa
Asap kecil
Leluasa memasuki benua ilusi
Dari racikan-racikan jemari pribumi
Aliran rahim bumi.
Yogyakarta, 2013
Rindu Doa
Dari jarak yang kian kelam
Hutan yang melahirkan senja cemas,
Pada jalan yang menikung tanpa petunjuk arah
Kegersangan pada lembaran-lembaran sejarah,
Rentetan kata yang lapuk tak
dipuja
Kesepian semakin mengadu pada batu
Kini aku rindu doa
Yogyakarta,2012
Menanti Cahaya
Menanti Cahaya
Mengaliri sungai-sungai kecil
Dengan kisah-kisah abadi.
Menyinari lorong dan memandikan embun
Menambal lukisan-lukisan hidup yang berceceran
Menanti cahaya
Dijanjikan mamasuki ruang dari sejuta pintu
yang terlepas dari inkar janji dan nafsu.
Dari kebisuan para perayu.
Yogyakarta, 2013
Tak Sempat Memberi Tanda
Tak sempat memberi tanda
Pada lukisan warna senja
Yang terhapus hembusan musim
Tak sempat memberi tanda
Dalam detak lonceng jarum jam
Setia mengiringi lubuk senyummu yang dalam
Tak sempat memberi tanda
Pada angin risau yang menghapus bebatuan
Yogyakarta, 2013
0 Response to "Puisi-Puisi : Hariyono Nur Kholis*"
Post a Comment