Puisi : Hariyono Nur Kholis "Usai Menangis"
Kepingan Luka
Hidangan kata penyempurna kisah
Yang tak sempat ku ikrarkan
Kini tinggal kepingan-kepingan luka
Yang tak sempat ku ikrarkan
Kini tinggal kepingan-kepingan luka
setelah
ku baca kembali lembaran-lembaran cerita
yang kau sodorkan dalam sampul nestapa
bersama kenangan-kenangan pahitku.
bersama kenangan-kenangan pahitku.
Yogyakarta, 2012
Usai Menangis[1]
Usai menangis jangan pastikan duka
Dari sisa usiamu yang semakin lelah,
Pandanglah wajahmu dicermin itu
Ada dinamika hidup tak tentu
Usai menangis, bernyanyilah meski tanpa lirik yang
jelas
Dari lagu tambalan khas.
Jangan sesali undangan sunyi
Di awal musim sepi
Sesekali belajarlah menari di cuaca negeri
Semakin tak tentu ini.
Blandongan, 2013
Hanyut Dalam
Tangis
Kini kau hantarkan cahaya rembulan
Di kheningnya bersama sedih
Hanyut bersama tangisku
Berlari tanpa arah tentu.
Meski masa lalu membawaku pada musim abadi.
Yogyakarta,2013
Kota Istimewa
Di tepian jalan kota sebelum malam kian larut
Ku saksikan antrean kendaraan
Di antara deretan café bertingkat yang sesak
Oleh tamu-tamu yang di bingkai kaligrafi kota
Gerimis sedikit mengangu aroma tungku dan keppulan
asap arang,
Lantaran di buru bayang menu blasteran
Sepi menarikku pada cerita yang lain
Namun membawa pada sudut-sudut luas kesetian,
Di kota kaya ini kita harus meracik mimpi.
Yogyakarta,2013
0 Response to "Puisi : Hariyono Nur Kholis "Usai Menangis""
Post a Comment