Ada Kenangan



Awal Sapa
-Siangmu  Membawa Cerita
            Dicumbu siang bersama udar sekelabat sesosok yang tidak aku kenal mengayunkan langkanya gantai, aku mencoba ingin melihatnya lebih jelas tapi ada rasa malu, sebab aku tau baru saja mengelabuhi persinggahan baruku, saat itu tempat halaman taman aku merenung seoarang diri mencari sesuatu yang pasti. Sedangkan temen-temen yang seperjuangan semuanya telah memulai bahkan mungkin udah ada yang merangkai mimpi siangnya. Ah..! aku tidak mengerti dengan sebuah detak rasa yang terkadang timbul dalam palung hatiku ini, terkadang ada dengan getaran yang amat dasyat, terkadang juga jauh pergi meninggalkan mimpi dan impian tanpa pamit, salam, layaklah disebut “Jalangkung” kiranya. Datang tak dijemput pulangpun tak mesti harus diantar. Tanyaku dalam hati akankan hal itu harus selalu terjadi pada diriku, aku rasa itu tidak sesuai dengan daya fikir hamba sebagai makhluk yang sempurna.
            Hemz sudahlah biarlah semuanya berjalan apa adanya tanpa harus mengharap sesuatu yang lebih, aku diperkanalkan pada suatu rasa yang tak memiliki suatu arti pasti, maka aku akan setia jalani, ada rasa tangis duka air mata akan juga aku jalani. Bahkan rasa sakit aku coba untuk kunikmat seiring jalan hidup ini.
Aku jalani detik,waktu dan jam bersama hari, dan getaran rasa ini yang selalu ingin melihatnya. Walau aku tau harapan masih jauh,rasa mungkin akan berbeda dengan apa yang dia rasakan dalam getar hatinya. Sedahlah aku tak peduli sebagai mahklukNya dimana juga dikaruniai rasa kasih sayang dan anugerah yang lain. Bahwa tak ada halangan untuk bisa mengatakannya lebih dahulu. Aku bangga dengan prinsip dan keberanianku dalam berfikir pada rasaku hari ini, meski banyak orang akan berkata jika perempuan mencintai terlebih dahulu itu sangat dinilai murahan,tak punyak rasa malu dan suatu kebodohan, bagiku tidak lantaran manusia memiliki kebebasan menentukan arah hidup masing-masing,dan memiliki hak untuk angkat bicara apalagi tentang cinta yang tak mengenal batas kata.
Satu aku hanya ingin mengutarkannya tentang getaran rasa yang selalu berdzikir dalam jiwa. Terserah Dia akan menjawab atau tidak, sebab kita sadar kita sama-sama memiliki hak untuk memilih dan memiliki, itu saja. Tapi aku masih butuh waktu, tidak boleh langsung semudah berucap kata. Coba bayangkan akan aku nyatakan pada siapa tentang rasa ini, entahlah…..?
Oh.. iya aku kembali mengingatnya tentang sebuah tatap dalam perteumuan pertama dengannyat  sekaligus awal sapa Aku dan Dia tertukar. Dimana aku ingat saat itu aku dapat tugas untuk membuat skenario drama, dan aktifitasku tiap hari untuk sekedar menyapa matahari, mencari suatu ketenangan dan rasa istiqomah, mungkin kalau bagi seoarang penulis akan menyebutnya mencari inspirasi tapi bagiku bukan sebab aku bukanlah seorang penulis, penyair dan kekasih kata-kata, aku hanya seorang pemuja begitu kiranya. Hehe
Sebelum aku temui senyum sesejuk embun pagi itu, aku bersama temen-temenku habis makan-makan, tak ada yang aku bayangkan awalnya Diaku lewat diantara siswa yang lain tepat di depan asrama tempat aku sekedar melukis sejarah  yang akan ku jadikan cerita esok di masa tua. Dalam lirik liarku aku coba meliriknya, iiitttss.. cakep juga ucapku, dalam getar hatiku, aku tak begitu menghiraukannya.
Setelah kewajibanku membersikan sisa makanan dan membuang sampah selesai, semuannya temen-temen yang lain memulai aktifitas masing-masing, ada yang nulis ada yang merangkai mimpi, macem-macem pokoknya. Aku memilih keluar untuk menghirup udara luas sembil ngelamun tak tentu arahnya kemana diatas ayunan anak-anak TK.sambil aku paksakan merangkai kata menjadi kalimat supaya tugasku membuat drama segera selesai.
Diaku lewat namun tetap tanpa sapa, tak lama berjeda Diaku kembali lewat , tatapanku tepat padanya, dan sempat ada seucapa sapa yang mengalun dari hembusan angin, hemm yaaa…? Itu suaranya, itupun hanya sejenak, tak ada lagi suara itu menyapaku, namun aku terasa senang dan damai bisa bercakap dengannya meskipun hal itu hanya sebentar tapi hal itu sedah menjadi sejarah terhebat dalam istana hatiku yang akan selalu menjadi lukisan terindah,  sepanjang masa. Mulai saat itu juga aku ingin mengenal lebih jauh tentangnya.
Dalam riak tanyaku, ini sebuah ketepatan atau ditepatkan, udara malam dan hembusan angin yang hadir menemani percakapan dengan temen baruku didepan halaman sekolah tentang pengumuman pelulusan Ujian Nasional. Entah dari mana cerita itu aku mulai kok sampai pada episode tentang Dia aku bercerita dengan temen baruku itu. Iya aku yang tidak begitu banyak tau tantang Dia aku hanya bisa mendengarnya dengan senang hati dan antusias penuh rasa bahagia, hingga hati kecilku bertanya kenapa aku ada rasa bahagia jika aku mengejah tentangnya?
Beginikah perkenalan pada pandangan pertama. Entahlah biar naluri dan Tuhanlah yang mengartikannya.
***
Gemulai rasa yang tak tentu memahat hasrat meminangnya untuk selalu mengetahuikabarnya, melihat langkahnya, kembali saling menyapa. Kekhwatiranku kembali hadir dengaan Diaku yang memiliki temen yang lain.? Yang lebih special dari diriku kini, aku juga bingung kenapa mesti juga hadir rasa sedihku dengan kepasrahan sisa hariku diselimutinya, dan aku akan setia menungguinya hingga perahu sedihku puas berlabuh dalam pulau waktu. Ah kenapa aku mesti bersedih tuhan ..? padahal ini hanya sebatas keinginanku  untuk mengenalannya dan awalnya aku juga tak banyak berharap, dimana sebatas sebagai teman tempat berbagi pengalaman tanpa harus ada yang tersakati diantara diriku dan dirinya. Apalagi berfikir tentang hilang bersama masa perkenalanku dengannya. Walaupun aku sadari sebentar lagi pertemuank, ucap sapa ini akan terakhiri oleh ruang dan waktu.
Titip pesanku Diaku jangan pernah kau balut kelumbutan hatimu dengan keraguan untuk sekedar menyapaku kalah kita ketemu dilain waktu, dimanapun dan kondisi seperti apapun kita nantinya, dan sampaikan salamku juga pada bidadari kecilmu, aku minta maaf telah lancang berteman denganmu tanpa harus memberi tahu terlebih dahulu.
Perlu kau juga tau Diaku semoga awal sapa penuh cerita kita, menjanjikan banyak hal yang tak pernah kita terjemahkan. Diaku awal bulan mei ini dan diantara separu cahaya kesmpurnaan pernama mengantarku mengenalmu dan juni yang telah menanti semoga tak mengakhiri, sebuah kisah ini.
Jangan lupa Diaku pada cahaya matahari yang suci tanpa ada sehelai daun yang menghalangi, awal kita berbagi ucap kata.
“Sejenak kita ratap, merenung kemudian hitung bersama
Tentang sebuah tanya yang timbul dalam semai nada tanpa bunyi
Tatap dan rasakan.!
Adakah sebuah getar atau hanya jejak angin”
Sepertinya malam ini Tuhan menciptakan sebuah sinema dan cerita yang lain, tentang kisah siang hingga batas perpisahan senja dan malam. Kini aku juga tau bidadari kecilnya, yang akhir-akhir ini aku takuti, bahkan aku mesti banyak belajar pada diriku yang lemah ini dan membuka selebar-lebarnya kesadaranku, dimana sesungguhnya aku memang tak pantas meski hanya sebatas mengenalnya. Dimana aku tau dan sadar diri Diaku yang aku kunal kini, sangatlah hebat. Padahal aku hanyalah seperti sosok yang bernafas tiada tujuan hidup yang jelas. Sungguh aku semakin tertarik mengenal jauh tentangnya dan mengenal dengan sederhana.
Baru aku menyadari tau diri lebih berarti dan penting dari ke-egoisan yang kita miliki. Menurutku mengenalnya tanpa suatu harapan menyatukan rasa yang lebih bermakna adalah sah-sah saja. Walaupun jauh hari telah aku katakan Diaku telah memiliki permaisuri bidadari kecil yang menemaninya dalam mengarungi cerita harinya-harinya.
Maka aku harus benar-benar tau diri dan tak boleh egois dalam memilih alur cerita hati ini. sebelum aku benar-benar terjatuh pada gerhana rembulan rindu-rindu nyalang paras wajahnya. Biar esok tak ada jeda  dan garis warna abu-abu dalam hamparan langit samudera hidupku.
Iya inilah mungkin suatu kenikmatan rasa yang sulit menemukan makna yang sesungguhnya, antara resah, gelisah dan cinta. Namun aku bangga banyak belajar cara mengartikan rasa pada Diaku.
Ingat walau pertemuan kita ini hanya sejengkal tentu akan aku jadikan sebuah dayung dalam tumpahan sejarah yang mungkin tak bisa kita lalui bersama, dengan sampul rindu yang berkempanjangan dan menunggu sebuah keajaiban datang.
Tapi kenapa setelah hampir ku simpulkan cerita awal sapaku dalam memory agenda rinduku, masih ada kabar berita lain seiring bias cahaya pagi, tentang Diaku dan ini jauh berbeda dengan apa yang aku dengar sebelumnya, yang di kabarkan malam yang sedikit pekat oleh awan hitam. Dimana Diaku yang sebenarnya tidak memiliki sosok bidadari dan tak dimiliki oleh siapa-siapa kecuali ibundanya tercinta. Aku bingung jadinya Tuhan,  apakah aku harus membuka lembaran selajutnya atau cukup sampai disini kisah ini.? Dan mesti bagaimana Tahun, haruskah aku harus bertahan pada resahku ini.
Hatiku mulai pucat sepucat riak gelombang lautan yang berteriak dalam sepi, di bawah terik mentari. Mana yang harus aku percayai Tuhan. Dan aku yakin jika harus pasrah percaya padamu mungkin aku akan harus lapiskan lebih tebal kesabaranku ini.
Tawanan Rindu
Pada bait pertama, sudah aku tulis
Ribuan bahkan jutaan keinginan
Tentang kekaguman meneguk tuak kesejatian dan
Angguran penuh kesetiaan baying wajahmu
Atau inikah sebuah ruang yang sengaja kemarau
Tepat awal bermula desah siang
Satu-satunya kalimat Tanya yang
Tak menuai jawaban kepastian
Hingga aku hembuskan dalam dada dan getar hati
Nafas pasrah, yang akan
Mengibarkan rasa tanpa kabar.

Sumenep, 2011
: Putri Pulau



Penghujung Matamu
: Anaivleh

Diperawan senja sejakku masih tertinggal lukisan puisi
Tepat dibelakang gubuk istanamu
Yang berceritakan tentang jerit ingin dan tanya yang mabuk
Hingga memimpikan bintang harapan membisu
Tidak jua menuai temu
Penghujung matamu tak pernah berujung
Lantaran di mataku akan setia mengalirkan embun rindu
Awal kudapatkan tentang ketidak mengertianku memahami yang ada
Dimana pertama kita jumpa lalu menimbulkan sapa
Rasa terus bergetar dalam dada dan tak ingin kusudahi senja itu
Dan tentu kau juga mesti mengatakan tentang ketidak mengertian sapa yang
Dihadirkan oleh waktu,
Dimana tuhanpun tak mengabarkannya untukku
Seperti para kekasih menjadwalkan pertemuan-pertemuan
Dan kumbang bertamu pada mawar.

Hingga dedaunan jatuh menyublinkan langkah, dibawah siwalan
Membelok menuju rumahmu
Untuk sekedar menyilaturahmikan jiwa-jiwa
Walaupun akhirnya aku mengerti
Langkahku saat itu bukanlah jejak ke inginanmu
Akupun kembali membelokkan langkahku
Tapi sungguh aku bahagia mengenalmu

Dan biarlah engkau menjadi inspirasi
Dalam lubuk bumiku yang terdalam
Dimana tempat saling menyimpan sunyi tentang bahasa mata kita.

Sebelum pisah jatuh, berserta salam sepiku
Lekas aku kemas risalah dan cerita tentang kita
Dihamparan ruang batinku yang berharap
Dimana purnama bulan Mei tetap milik kita.
Istana Hati, 22 Mei 2011/ 00-07 Wib
For Me Afraid To Forget You….!!!




Subscribe to receive free email updates: