Konflik Batin Resmana


Konflik Batin Resmana
Dalam Cerpen Kenangan Resmana Karya Fajri Adika[1]
Oleh: Saifullah Syah*
Sebelum tulisan ini membicarakan konflik batin dalam cerpen Kenangan Resmana karya Fajri Andika, maka pertama akan dilakukan analisis struktural[2] karya sastra itu sendiri. Analisis ini dilakukan untuk mencari unsur-unsur yang membangun cerpen Kenangan Resmana. Struktur yang dianalisis yaitu unsur  intrinsik; penokohan, tema, alur dan latar. Selanjutnya akan dilakukan analisis cerpen dengan pendekatan psikologi sastra; yaitu mendeskripsikan konflik batin Resmana.
Tokoh utama dalam cerpen ini bernama Resmana, perempuan yang menyukai warna merah muda. Dia adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Yogya. Orangnya lembut, cantik, dan pasrah pada sumber situasi yang kuat. Tokoh kedua cerpen ini adalah Fiksi. Lelaki asal madura yang memiliki rambut bergelombang. Kuliah di Yogya, memiliki keingin mengunjungi Paris, menyukai salah satu club Italia, penulis dan pintar. Hal-hal lain terkait dengan karakter kedua tokoh silahkan digambarkan sendiri oleh pembaca. Selain dua tokoh tersebut, ada tokoh yang nimbrung dalam cerpen ini. Anak kiai dan orang tua Resmana. Dua tokoh terahir ini merupakan pelengkap cerita agar hukum kausalitas keputusan Resmana bisa diketahui.
Cerpen Kenangan Resmana bertema tentang cinta tak sampai. Resmana sebagai tokoh utama dalam cerpen ini kembali mengingat mantan kekasihnya, Fiksi. Kisah cinta mereka harus kandas di kota Yogya saat Resmana tidak bisa menolak keinginan orang tuanya untuk dijodohkan dengan putra kiai di kampungnya.
“Aku sayang kamu, Kak,” kata Resmana. “Aku ingin sekali menikah denganmu. Tapi, apa yang akan kamu lakukan jika berada di posisiku? Aku hanya ingin berbakti kepada Ayah dan Ibuku. Dan mungkin sekarang waktunya aku membahagiakan mereka. Ini memang pilihan yang paling sulit. Tapi aku harus memberi keputusan.”
Ingin rasanya menggapai bulan, apalah daya tangan tak sampai. Mungkin begitulah nasib Fiksi setelah mendengar Resmana harus menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya. Cerpen ini dibangun dari satu peristiwa bernama perpisahan yang membuat Resmana diburu oleh kerinduan. Kerinduan pada sebuah kenangan yang enam tahun lebih pernah ia ukir bersama Fiksi di kota Yogya.
Alur dalam cerpen ini tergolong alur maju mundur. Cerita dalam cerpen ini dimulai dari waktu hari ini saat Resmana mengendarai bus yang sebentar lagi akan tiba di Terminal Giwangan. Di atas bus yang mengangkut tubuhnya, Resmana tiba-tiba mengingat seluruh kenangan masa silam bersama Fiksi. Pada saat itulah Resmana pada hakikatnya tidak ada pada hari ini, melainkan berada dimasa lalunya bersama Fiksi. Setelah bus tiba di terminal giwangan, cerpen ini kembali menceritakan keadaan Resmana hari ini saat ia turun dari bus. Lebih jelasnya mari kita cermati beberapa kutipan dari cerpen Kenangan Resmana; Tidak sampai lima menit lagi bus yang ditumpangi Resmana akan sampai di Terminal Giwangan./Ia mengambil foto Fiksi yang ia taruh di dalam sebuah novel ... Dua potongan kalimat ini menjelaskan keadaan hari ini.
Perpindahan waktu dari masa kini ke masa lalu, dimulai disaat Resmana mengingat pelukan Fiksi di Terminal Giwangan. Masih utuh dalam ingatan Resmana ketika Fiksi memeluknya di Terminal Giwangan, tepatnya di ruang tunggu bus jurusan Yogya – Jakarta. Lalu ... Tanpa terasa, bus yang ia tumpangi sudah sampai di Terminal Giwangan... Ketika kita membaca kutipan terahir, waktu berganti kembali pada masa kini. Perubahan alur cerita mudah diikuti oleh pembaca. Sebab pada setiap peralihan waktu, Andika mengawali dengan kata yang memiliki sinonim waktu.
Latar dalam cerpen ini terjadi di dalam bus, Terminal Giwangan dan kota Yogya. Berikut kutipan yang menjelaskan dimana peristiwa dalam cerpen ini terjadi.
Ia pun keluar dari dalam bus kelas eksekutif berwarna silver yang di bagian sampingnya terdapat logo Juventus itu./ ... hari-hari yang penuh dengan kebahagiaan, yang berlangsung selama kurang-lebih enam tahun itu berhenti satu minggu setelah Resmana wisuda.
Mencermati latar cerpen ini saya bertanya seorang diri. Benarkan di dalam bus eksekutif tidak ada orang selain Resmana? Apakah bus itu tidak memiliki kaca yang dapat melihat pemandanagn di luar seperti berjalan cepat? Begitu juga dengan tempat saat Resmana mengungkapkan dirinya akan menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya. Dimana peristiwa itu terjadi? Benarkah peristiwa itu terjadi di sebuah tempat yang tidak ada bangunan, tumbuhan dan benda lain sekalipun? Mungkin pembaca harus mengimajinasikannya sendiri agar suasan cerita Kenangan Resmana dapat hidup.

Konflik Batin Kajian Psikologi Sastra[3]
Pendekatan psikologis dalam karya sastra ditekankan pada kajian penokohan atau perwatakannya. Hal ini dikarenakan tokoh ceritalah yang banyak mengalami gejala kejiwaan. Secara keilmuan, sastra berbeda dengan psikologi, sebab sastra berhubungan dengan  dunia fiksi, drama, esai yang diklasifikasikan ke dalam seni. Sedangkan psikologi merujuk kepada studi ilmiah tentang perilaku manusia dan proses  mental. Meski berbeda, keduanya memiliki titik kesamaan, yakni keduanya berangkat dari manusia dan kehidupan sebagai sumber kajian. Karya sastra memiliki hubungan lintas yang bersifat tak langsung dengan psikologi. Artinya, baik sastra maupun psikologi memiliki tempat berangkat yang sama, kejiwaan manusia. Pengarang dan  psikolog sama-sama manusia biasa.
Gejolak kejiwaan dalam cerpen ini dialami oleh Resmana. Perempuan itu mengalami konflik batin sebab kehilangan Fiksi. Kenangan-kenangan bersama Fiksi di kota gudeg menggelinding seperti batu membentur jiwanya. Kebahagiaan mengunjungi kembali kota Yogya tiba-tiba pudar, terganti oleh rindu yang ngilu. Bahkan setelah bus yang ditumpangi Resmana sampai di Terminal Giwangan, ia masih berada dalam dekapan rindu. Tidak seperti orang-orang pada umumnya yang beranjak meninggalkan terminal, Resmana duduk memandangi kursi-kursi terminal. Dilihatnya adegan enam tahun lalu bersama Fiksi diputar kembali oleh kursi-kursi terminal. Kehilangan menjadi faktor predisposisi terjadinya depresi dalam kehidupan yang menimbulkan terjadinya konflik batin. Bagi Resmana kehilangan Fiksi, mantan kekasihnya selama di Yogya membuat jiwanya tak menemukan kebahagiaan utuh bila mengunjungi kota pelajar itu.
Akan tetapi kehilangan tidak bisa dilihat sebagai faktor utama konflik batin menjangkiti Resmana. Ada “tangan besar” yang menggiring kehilangan mendekati Resmana, sehingga dia harus berpisah dengan Fiksi. Tangan besar itu bernama adat. Adat memang selalu memojokkan perempuan pada kehidupan yang tidak diingininya. Dalam cerpen Kenangan Resmana, adat ditampilkan kembali dalam kegeriannya yang bisa membuat orang sekarat karena cinta dan “kehilangan” segala pegetahuannya. Resmana tiba-tiba menjadi perempuan “bodoh” yang tidak pernah duduk dibangku kuliah. Dengan cepat ia menerima keputusan orang tuanya, tanpa perlawanan. Ironisnya, alasan Resmana menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya hanya karena ingin berbakti. Jalan logika sepertinya buntuh, sehingga menikah dengan lelaki pilihan orang tua dianggap satu-satunya cara menjadi anak berbakti. Meskipun Resmana tidak pernah bisa melupakan Fiksi.
Demikian catatan singkat perihal cerpen Kenangan Resmana karya Fajri Andika. Selebihnya mari kita lanjutkan dengan diskusi. Tentu banyak kesalahan dari catatan ini, oleh karena itu saya ingin belajar kepada teman-teman semua. Terimakasih.

*Penulis adalah penikmat sastra yang ingin cepat bubar dari status Jomblo.
Yogyakarta, 2017


[1] Bahan diskusi Komunitas Rudal.
[2] Mengenai analisis strukturalisme dalam sastra, selengkapnya lihat Teeuw, sastra dan Ilmu Satra Pengantar dan Teori Sastra, (Pustaka Jaya: Jakarta, 1984), hal. 135.
[3] Selengkapnya mengenai hubungan sastra dengan psikologi sastra, lihat Nyoman Kutha Ratna, Paradigma Sosiologi Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), hal. 12-17.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Konflik Batin Resmana "