Puisi Hariyono Nur Kholis*
Puisi-Puisi : Hariyono Nur Kholis*
Kota Tua yang Hilang
Inilah
catatanku dalam diam
Sebelum
nasib menggaris lain
Trotoar
sunyi oleh tamu yang ku jumpai
Dijadikan
lahan antre
Wajah-wajah
telah beruba dari uang recehan
Ke
wajah uang blasteran.
Batu
cadas pemahat sejarah
Rapu
menjadi keping bara
Pada
belantara yang tak sempat kupikirkan
Pecahan-pecahan
huruf berserakan dijalanan
dinding-dinding
pembuat kebisuan.
Yogyakarta,2018
Salam Perpisahan
Di
wajah jalanan itu
Kau
tinggalkan sejuta tangis
Menusuk
pada ladang-ladang
Tempat
berbaring abadi dari kisah hidup kau abdikan
Sisa-sisa
mimpi tentang perdamaian
Menyalakan
api mendayung perahu kelam karatan
Merayakan
pesta diantara lalu-lalang pemburu
berita
Meski
kini kau telah kembali pada ruang tamu sunyi.
Yogyakarta,
2019
Dia Menuliskan
Pesan
Dia
menuliskan pesan pada baju yang dikenakan
Pada
asap suara ledakan yang kian hilang ditelan beku malam
Dia
menuliskan pesan pada tanah-tanah negeri kian gersang
Jauh
dari pemitik buah keharmonisan, yang diburu hama keegoisan
Dia
menuliskan pesan sebelum nafas dan namanya ditinggalkan
Lewat
ucapannya yang tanpa kata pengantar,
Ketimbang proposal ditolak logika para pakar,
Dari
teka-teki penguasa yang sukar.
Sleman,2019
Dalam Dadaku
Dalam
dadaku yang gadu aku merindu
Aroma
zaman yang syahdu
Dalam
dadaku yang kehilangan tepi
Aku ingin menjemputmu kembali
Untuk
sekedar berorasi pada negeriku
Semakin
sesak oleh pengais nasi
Yogyakarta,2019
Nur dan Bintang
Menjalar
ke relung gelombang hiasi angan
Kilaukan
air mata menepi pada langit perasaanku
Mengusir
segala kabut dan awan kelabu
Seperti
tubuh yang mengalun rindu
Nafas-nafas
yang setia menemaniku
Susuri
lembah-lembah sungai yang muaranya hilang.
Yogyakarta,2019
0 Response to "Puisi Hariyono Nur Kholis*"
Post a Comment