Melestarikan Seni Budaya Lokal
Melestarikan Seni Budaya
Lokal
Tak dapat dipungkiri bahwa faktor kemajuan peradaban
dunia sebagai bentuk kemajuan berfikir umat manusia, tak salah apabila disebut
bahwa umat manusia dewasa ini telah dihadapkan pada situasi yang serba maju,
dan pemikiran yang kritis. Kemajuan itu banyak mengakibatkan perubahan disegala
bidang kehidupan individu, keluarga, masyarakat, bernegara, maupun berbangsa.
Banyak di antara masyarakat itu menerima perubahan
peradaban sebagai sesuatu yang lumrah sebagai sebuah proses yang harus
dijalani, dimaklumi, dan kehadirannya senantiasa menimbulkan berbagai perubahan
dalam praktiknya. Akibatnya, memaksa masyarakat budaya, mau tak mau atau sadar
atau tidak sadar dihadapkan pada situasi yang sulit antara menerima perubahan
peradaban itu ( karena tidak ingin dianggap kolot) atau menolak perubahan itu
kendati pun di anggap kuno.
Globalisasi, sudah menjadi takdir dan arus derasnya sulit
untuk dibendung dengan alat apapun. Ke depan, sudah terbentang luas, dimanakah
kita berada? Apakah kita termasuk kelompok yang habis-habisan memuja budaya
barat, unsur dominan globalisasi? Atau kita menyatakan perang terbuka terhadap
budaya barat..Akibanya kearifan lokal berada pada pilihan ketiga, tetapi sayang
ini justru pilihan yang sepi, buktinya, berjuta-juta orang Indonesia
berduyun-duyun menolak atau menerima pengaruh barat secara habis-habisan.
Begitu pula pada saudara-saudara kita lainnya (suku-suku lain), seperti jawa,
suku-suku di sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan lainnya.
Kita sebagai pelajar harus mengkaji ulang bertanya kepada
diri kita sejauhmana kecintaan dalam melestarikan kebudayaan nasional kita agar
tidak mengalami pendangkalan makna terhadap kebudayaan nasional kita. Karena
perkembangan zaman secara langsung menggeser budaya-budaya lokal. Berbagai
peralatan digital, sangat mempengaruhi kepunahan budaya lokal. Dulu jika ada
orang menabuh lesung, semua warga langsung berbondong-bondong menuju sumber
suara tersebut, dan mereka dengan sendirinya akan bergantian untk menabuh
lesung, sementara warga yang tidak memukul lesung langsung bergabung dengan
rekan-rekannya yang lain untuk mengerjakan sesuau yang bermanfaat.
Budaya lokal, menyimpan banyak pesan, yang sudah tentu
mudah dicerna dan dipahami, dan pesan-pesan yang disampaikan itu juga, membuat
para warga saling mengerti, memahami, dan taat kepada norma-norma, baik norma
adat maupun norma agama.Red.