Makalah Pendekatan Sosiologis Dalam Studi Islam



MAKALAH
PENDEKATAN SOSIOLOGIS  DALAM STUDI ISLAM


Disusun Oleh :
Hariyono Nur Kholis                                       

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
2017





BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif di dalam memecahakan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Agama tidak boleh hanya sekedar menjadi lambang kesalehan atau berhenti sekedar disampaikan dalam khotbah, melainkan secara konsepsional menunjukan cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan masalah.
Tuntutan terrhadap agama yang demikian itu dapat dijawab manakala pemahaman agama yang selama ini banyak menggunakan teologis normatif dilengkapi dengan pemahaman agama yang menggunakan pendekatan lain, yang secara operasional konseptual dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang timbul.
            Maka dari itu diperlukan cara tertentu untuk mengkaji dengan berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam memahami agama. Hal demikian perlu dilakukan, karena melalui pendekatan tersebut kehadiran agama secara fungsional dapat dirasakan oleh penganutnya. Sebaliknya tanpa mengetahui berbagai pendekatan tersebut, tidak mustahil agama menjadi sulit difahami oleh masyarakat , tidak fungsional, dan akhirnya masyarakat mencari pemecahan masalah kepada selain agama, dan hal ini tidak boleh terjadi.
   Dari berbagai pendekatan yang ada, salah satunya adalah pendekatan sosiologis. Adapun yang dimaksud pendekatan disini adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama.
            Pendekatan sosiologis dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami agama, karena banyak bidang kajian agama yang baru dapat dipahami secara proporsional dan tepat apabila menggunakan pendekatan sosiologis.
B.      Rumusan Masalah
1.       Apakah pengertian sosiologis?
2.       Bagaimana Pendekatan Sosiologis dalam Study Islam?
3.       Bagaimana implementasi pendekatan sosiologis dalam kehidupan manusia?


C.       Tujuan  Masalah
1.       Agar  mengetahui dan memahami pentingnya ilmu sosiologi dalam memahami agama
2.       Agar dapat memahami agama tidak hanya secara teologis normatif tetapi juga secara proporsional dan tepat



BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia dalam suatu tatanan hidup bersama. Pusat perhatiannya adalah pada kehidupan kelompok dan tingkah laku sosial. Karena yang diperhatikan adalah masalah-masalah yang sifatnya berskala besar dan substansial serta dalam konteks budaya yang lebih luas, pemahaman sosiologi pun berskala makro, mendasar dan deduktif.[1]
Diketahui pula bahwa sosiologi merupakan ilmu yang membahas sesuatu yang telah teratur dan terjadi secara berulang dalam masyarakat. Dalam tinjauan sosiologi masyarakat dilihat sebagai suatu kesatuan yang didasarkan pada ikatan-ikatan yang sudah teratur dan boleh dikatakan stabil. Sehubungan dengan ini, dengan sendirinya masyarakat merupakan kesatuan yang dalam bingkai strukturnya (proses sosial) diselidiki oleh sosiologi.[2]
Sosiologi berusaha memahami sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu. Juga bagaiman kepercayaan atau keyakinan yang memberi sifat tersendiri dari pada cara hidup bersama itu dalam perkumpulan hidup manusia.
Jadi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari dan menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial yang saling berkaitan. Dengan ilmu ini suatu fenomena dapat dianalisis dari faktor-faktor yang menyebabkan adanya hubungan , mobilitas serta keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya proses tersebut.

B.      Pendekatan Sosilogis Dalam Study Islam
Asumsi dasar pendekatan sosiologis terhadap agama adalah bahwa gejala-gejala keagamaan dapat dimengerti dengan menggunakan anallisisnya sebagai gejala sosial, sebagai suatu yang tercipta dalam hubungan antara manusia dan karenanya dapat dijelaskan dengan menggunakan teori-teori yang berlaku dalam ilmu sosial.

 Teori sosiologis tentang watak agama serta kedudukan dan signifikansinya dalam dunia sosial, mendorong ditetapkannya serangkaian kategori-kategori sosiologis, yaitu :
·         Stratifikasi sosial, seperti kelas dan etnisitas
·         Kategori biososial, seperti gender, perkawinan, keluarga, masa kanak-kanak dan usia.
·         Pola organisasi sosial, meliputi politik, produksi ekonomis, sistem-sistem pertukaran, dan birokrasi
·         Proses sosial, seperti formasi batas, relasi intergroup, interaksi personal, penyimpangan dan globalisasi
Dalam kaitan ini, ada beberapa teori sosial yang dapat digunakan sebagai pendekatan zdalam melakukan kajian atau penelitian islam
1.       Fungsionalisme Struktural
            Teori ini memusatkan perhatian pada prasyarat fungsional atau kebutuhan yang harus dipenuhi oleh suatu sistem social dalam mempertahankan kehidupannya dan struktur-struktur yang sesuai dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Teori ini memandang bahwa setiap subsistem-subsistem yang ada dalam masyarakat memiliki konsekuensi-konsekuensi bagi yang lain. Sehingga mempengaruhi sistem secara keseluruhan. h

2.       Tindakan
            Menurut Max Weber, sosiologi merupakan ilmu yang berusaha menafsirkan dan memahami (interpretative understanding) terhadap tindakan social antar hubungan social untuk sampai pada penjelasan kausal. Dalam definisi ini mengandung dua konsep. Yaitu konsep tindakan social dan konsep tentan penafsiran dan pemahaman. Weber mengungkapkan lima ciri pokok teori  tindakan social ini:
a.       Tindakan manusia menurut si aktormengandung makna subjektif; yang meliputi berbagai tindakan nyata.
b.      Tindakan nyata yang bersifat membantu yang sepenuhnya dan bersifat subjektif.
c.       Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang dan tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam.
d.      Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu.
e.       Tindakan yang memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain itu.
Dalam mempelajari teori ini weber menganjurkan melalui penafsirandan pemahaman (interpretative understanding) teori ini dapat digunakan untuk mengintrerpretasikan tindakan-tindak pelaku danmemahami rasionalitas dibalik tindakan itu.
3.       Teori konflik
            Negara berkembang merupakan sapi perah bagi Negara kapitalis. Teori ini dikemukakan oleh Randall Collins, Dahren-dorf, dan john Galtung. Mereka berpendapat bahwa Negara berkembang dapat maju apabila lepas dari hubungan dengan Negara-negara kapitalis. Teori ini berasumsi bahwa: Relasi yang timpang antara Negara barat dengan Negara ketiga yang mayoritas terdiri dari negara-negara islam, menjadi pemicu teori ini. Dalam pandangan teori ini kemiskinan yang terjadi di Negara ketiga disebabkan oleh perkembangan Negara kapitalis di dunia barat. Kemiskinan di Negara ketiga ini merupakan tumbal kejayaan masyaratk kapitalis.
Teori konflik memiliki beberapa asumsi:
Ø  Manusia merupakan makhluk yang memiliki kepentingan,sehingga mereka berusaha mendapatkannya.
Ø  Kekuasaan merupakan sesuatu yang tidak dapat terbagi secara merata, sehingga merupakan sember konflik
Ø  Ideology dan nilai-nilai sebagai suatu senjata yang digunakan oleh kelompok-kelompok yang berbeda, dan mungkin saja bertentangan.
Menurut Randall Collins manusia sebagai individu yang senantiasa menginginkan  kekayaan, kekuasaan dan prestasi. Sedangkan semua itu terbatas. Dan tidak ada manusia yang dengan suka rela mengalah. Hal itulah yang menyebabkan timbulnya konflik dalam persaingan untuk mendapatkan lebih banyak dari yang lainnya.
4.       Teori Perubahan Sosial
Perubahan bisa terjadi secara cepat maupun lambat, tergantung pada situasi dan factor-faktor yang berkaitan. Perubahan social berlangsung dari berbagai tingkat kehidupan manusia. Mulai dari individu itu sendiri, keluarga hingga tingkat dunia. Ditinjau dari prosesnya perubahan social dibagi menjadi peubahan yang direncanakan dan tidak direncanakan. Perubahan yang tanpa direncanakan yakni perubahan yang terjadi dengan sendirinya. Misalnya perubahan kebudayaan sebagai akibat dari interaksi antar individu, antar sistem social dalam suatu masyarakat tertentu. Sedangkan perubahan yang direncanakan adalah perubahan yang disengaja dan dipersiapkan dengan menetapkan suatu tujuan untuk dicapai. Misalnya perubahan yang direncanakan untuk mencapai kesejahteraan. Berdasarkan waktu terjadinya, dibagi menjadi perubahan jangka pendek panjang dan jangka pendek. Berdasarkan tingkat terjadinya dibedakan menjadi perubahan tingkat mikro (individu) dan tingkat makro (masyarakat).
Pendekatan Sosiologis memiliki makna yang penting dalam konteks Studi Islam berbagai dinamika dan perkembangan agama Islam yang terjadi di masyarakat memerluka telaah yang mendalam dari ilmu ini. Dengan Sosiologi dapat ditemukan berbagai karakteristik, kekayaan khazanah dan deskripsi yang unik dari komunitas muslim dari berbagai tempat di dunia.
            Dalam pandangan kaum sosiolog, agam lebih lanjut dibuktikan memiliki fungsi yang amat pentin. Dalam hubungan ini, paling kurang ada enam fungsi agama bagi kehidupan masyarakat.
            Pertama, agama dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu dari manusia yang tidak dapat dipenuhi oleh lainnya
            Kedua, bahwa agam dapat membantu mendorong terciptanya persetujuan mengenai sifat dan isi kewajiban-kewajiban sosial tersebut dengan memberikan nilai-nilai yang berfungsi menyalurkan sikap-sikap para anggota masyarakat dan menetapkan kewajiban-kewajiban sosial mereka. Dalam peranan ini agama telah membantu menciptakan sistem-sistem nilai sosial yang terpadu dan utuh.
            Ketiga, agama dapat berperan memaksa orang untuk menepati janji-janjinya.
            Keempat, agama berperan membantu merumuskan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh manusia dan diperlukan untuk menyatukan pandangannya.
            Kelima, agama pada umumnya menerangkan fakta-fakta bahwa nilai-nilai yang ada dalam hampir semua masyarakat bukan sekadar kumpulan nilai yang bercampur aduk tetapi membentuk tingkatan (hirearki) dalam hirarki ini agama menetapkan nilai-nilai yang tertinggi. Nilai-nilai tertinggi berikut implikasinya dalam bentuk tingkah laku, memperoleh arti dalam agama.
            Keenam, agama juga telah tampil sebagai yang memberikan standar  tingkah laku, yaitu berupa keharusan-keharusan yang ideal yang membentuk nilai-nilai sosial yang selanjutnya disebut norma-norma sosial.








[1] Ngainun Naim, Pengantar Study islam, (Yogyakarta:Teras,2009), hal 121.
[2] Abuddin Nata, M.A. ,Metodologi Study Islam, (Jakarta:Rajawali Pers,2009) hal.392

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Makalah Pendekatan Sosiologis Dalam Studi Islam"