Siapa yang Salah Diantara Kita
SIAPA
YANG SALAH?
Siapa yang salah?. Ibu atau ayahmu yang telah pergi meninggalkan
kita?, atau kamu yang terlahir?, atau mungkin tuhan yang telah membuat skenario
hidup?. Menyalahkan ayahmu?. Bukankah ayahmu tidak punya kuasa mengabadikan roh dalam
jasad. Setiap kehidupan, setiap mahluk yang bernyawa pasti akan mati. Tiada
yang kekal didunia ini termasuk pula ayahmu. Itulah rumus yang sudah ditetapkan
tuhan. Ibu yang melahirkanmu?. Ibu tidak pernah menginginkan drama hidup
seperti ini. Melihatmu merintih menahan lapar setiap hari itu sungguh
menyakitkan. Tapi, apa yang bisa ibu perbuat?. Ibu sudah tua, tenaga ibu
taksekuat dulu lagi. Jangankan untuk bekerja, untuk berdiri saja ibu tidak
mampu. Hanya air mata yang bisa ibu suguhkan saat kau menangis kelaparan. Atau
kamu yang terlahir dari perut ibu, dari keluarga gersang?. Ibu juga tahu, tentu
kamu takmenginginkan terlahir dengan drama hidup yang susah. Atau mungkin tuhan?.
Tuhan yang telah membuat skenario hidup?. Pantaskah kita berasumsi demikian,
sedang kita ada karenanya. Tuhan sengaja menciptakan perbedaan ini agar
kita-manusia saling membantu menjadikan hidup ini berwarna pelangi.
Lalu siapa yang salah dan
siapa yang harus disalahkan?. Menyuruhmu untuk mencari jawaban itu?, mustahil!,
karena ibu tidak punya biaya untuk menyekolahkanmu. Darimana ibu dapat biaya?.
Untuk makan saja ibu tidak tahu. Dari uluran tangan para dermawan?. Mungkin itu
cukup untuk membendung air mata ibu dalam sehari. Telinga ibu tidak harus perih
oleh isakan tangismu. Tapi, kita tidak mungkin terus bergantung hidup pada
mereka. Musim tertentu saja. Mungkin ketika menjelang bulan puasa. Selebihnya?,
hanya nasib yang bisa menjawab.
Sebagai seorang ibu, melihat anaknya menangis adalah pertunjukan
yang sangat menyakitkan. Apalagi, kau menangis bukan karena minta mainan dan
tidak ibu turuti, akan tetapi menahan lapar yang perih. Samudera air mata ibu
sudah kering terhidang saat kau menangis lapar sepanjang hari. Ibu takmengerti
apa yang akan ibu hidangkan lagi esok dan hari berikutnya.
Siapa yang salah dan siapa yang bertanggung jawab atas kesalahan itu?.
Meminta tanggung jawab ayahmu?. Sebagai seorang ayah dan kepala keluarga,
seharusnya dia yang membiayai hidupmu dan hidup ibu. Ah…!, tidak mungkin. Jasad itu sudah
takberdaya. Atau mungkin sudah hancur.
Apakah kamu akan menuntut ibu?. Melemparkan semua kesalahan dan
tanggung jawab pada ibu, karena kamu hanya punya ibu?. Ibu sudah tua. Percuma kamu
menuntut. Ibu takakan mungkin bisa mengabulkannya.
Atau ibu menuntutmu nak…?. Siapa suruh kamu terlahir?. Bukankah itu
bukan kehendakmu dan bukan pula kekuasaanmu untuk terlahir atau tidak?.
Seharusnya sebagai seorang anak kamu yang mengurus ibu yang sudah tua. Tapi,
kamu masih terlalu dini.
Atau mungkin tuhan yang harus bertanggung jawab sebagai pemegang
kekuasaan dan yang membuat skenario hidup?. Rasanya, sebagai hamba kita tidak
pantas bicara seperti itu. Bukankah tuhan telah curahkan kasih sayangnya kepada
kita dengan anggota tubuh yang lengkap, mata yang melihat, sendi-sendi yang
kuat?. Masih kurangkah itu?.
Siapa yang salah, yang harus disalahkan dan yang bertanggung jawab
atas kesalahan itu?. ibu juga tidak tahu. Ibu orang miskin yang
takberpendidikan. Tapi, izinkan ibu berargumen sekedar apa yang ibu tahu. Lalu
kau cari sendiri jawaban yang pasti. Ibu mulai dari kronologis cerita tentang
siapa yang salah, yang harus disalahkan dan yang bertanggung jawab atas
kesalahan itu.
Setiap Pemilu merupakan momentum besar dalam menentukan arah bangsa
ini, arah nasib rakyat seperti ibu. Ibu baca sekedar yang ibu tahu disepanjang
jalan-jalan beraspal itu yang bertuliskan “kesejahteraan rakyat adalah agenda
utama dan yang paling diutamakan”. Lalu, ibu tersenyum dan para warga dikampung
ibu juga tersenyum melukiskan sejuta mimpi perubahan yang pro rakyat. Ibu pikir
matahari akan terbit membawa mimpi ibu dan warga dikampung ibu semalam. Tapi
nyatanya, ayam sudah berkokok sebelum waktunya. Ibu dan para warga terbangun dengan
wajah dunia yang gulita. Perubahan itu tidak pernah nyata.
Merekalah yang salah, yang harus disalahkan dan yang bertanggung
jawab atas kesalahan itu.
Hey…! Para wakil rakyat yang dipilih rakyat
Siapa kau?
kau bilang, kau adalah wakilku yang akan
memperjuangkan hak-hakku,
tapi, kau malah mangsa aku
kau siapa?
Kau bilang, kau penyalur aspirasi
tapi, kataku kau anggap basi
siapa kau?
Kau bilang tempatku berdiskusi
tapi, argumenku kau bilang terasi
lalu, kau siapa?
Kemaren kau tebarkan seribu janji
tapi, hari ini kau sendiri yg mendustai
siapa kau?
Kemaren kau pasang poster-poster demokrasi
lalu tadi pagi kau robek-robek sesuka hati
siapa sebenarnya kau?
kau bilang, tentangku, tentang penuntasan
penderitaanku sudah kau rapatkan
lalu kau lupakan
edan kau?
kau susun schedulle-schedulle untukku
tapi kau biarkan rayap-rayap melumat habis
semua itu
ketika aku tanya, "Bagaimana?"
kau jawab "Bersabarlah"
aku tunggu lama, tapi mana?
kau malah memintaku upeti
kau siapa?
kau suruh aku taati aturan
tapi tingkahmu sendri tak karuan
kau sibuk buatku undang-undang
tapi kau tak pernah contohkanku kebaikan
kau ini siapa?
aku selalu kau salahkan bila terjadi
demonstrasi kekerasan
tapi tingkahmu membingungkan
hakku tak kudapatkan
kewajibanku selalu kau pertanyakan
bagianku kau korupsi
kau ganti hanya dengan sesuap nasi
mana cukup untukku makan sehari-hari
keluargaku belum lagi
kau siapa?
disaat aku menangis kelaparan
kau malah sibuk buat anggaran
bangun istana bermegahan
kau siapa sebenarnya?
wakilku, atau pemangsaku?
ah...! kau buat aku pusing...!
*Cerita ini aku
persembahkan kepada para pejabat yang di dekat pojok istana itu yang sedang sibuk
mengurus bangsaku dan rakyat sepertiku katanya..!
0 Response to "Siapa yang Salah Diantara Kita"
Post a Comment