Puisi: M. Faizi, Pemaisuri Malamku



Pemaisuri Malamku

Kerlip mata malammu
jumpalitan jatuh ke cahaya mukaku

Kita memang tidak saling bersama
sebab ruang tempat aku duduk
di balik meja melihat cakrawal
begitu jauh pada batas dimensimu

Di sini, telentang sendiri
menatapmu, pendal-pendal kristal bertabur
yang indah karena berserakan
kelipnya, jumpalitan bintang-bintang di sana
aku menakar batas akhir kemampuanku
menjangkau sumber cahaya

Malam membangunkanku
pada kehendak membuat perhitungan
antara gelap dan kebekuan
atau siang dan kecemasan
lalu kutulis sebuah matahari terbenam
meski tak sungguh-sungguh terbenam

Maka, kerdip matamu
ribuan bintang, jumpalitan dalam sekejab
dan aku segera menghitung nasib
memang benar, kita tidak bisa bersama
bagiku ruang, bagimu waktu
kujulurkan jemari
menangkap dengan tangkup
berdebar dalam takut
hujan bintang-bintang
ke halaman luas mimpiku
menghamburkanmu ke serambi tidurmu
aku menghitung-hitung saat
berbagi dua dengan waktu
menjadi satu dengan malammu
dalam ingatan yang tak lengkap
saat cahaya bermakna bagi gelap
dan kubiarkan sepi melukaiku:
butuh perih untuk menghargai nikmat

Permaisuri malamku
selalu dating dengan tanpa kehadiran
dalam rentang yang tak terjangkau pandang
karena jarak yang menghubungkan aku denganmu
semata patahan-patahan garis
yang tak henti-hentinya digabungkan
dalam sebuah pengandaian.

27/06/2006





Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Puisi: M. Faizi, Pemaisuri Malamku"