Hanya Bayangmu Puisi: Hariyono Nur Kholis



 Hanya Bayangmu

Sudah menjadi keganasan asmara yang mengila
memaksa jiwa dan hati mengembara pada kedalam dzikirku
rentetan asmaul husna tak sanggup menuai rindu

Memberontak pada kelembutan selimut  yang sanggup nyenyakankan tidurmu
adalah kecemburuanku yang tak tentu.
Pada bumi tempat engkau menetap dan melewati hari-hari
tak lain hanya sebatas rasa iri

Engkau tau? Pada saat tubuh dan waktu memisah pada saat itu juga aku menghapus segala bekasmu.
Bahkan kertas-kertas yang mengisahkanmu sudah jauh hari aku bakar, sawah-sawah tempat kita bercocok tanam juga aku rubah tempat restoran dan perkantoran

Yogyakarta, 2014

Petapa Purnama

Masih saja aku ingat dalam pikiran
melaju bersama seiris pedang
diiringi sejuta ranting tajam
yang ingin menebus jantungku yang beku
sesekali menyibak tarian ilalang yang tumbuh
dalam ladang gersang

Matahari yang enggan menampahkan cahaya
di wajah gunung semakin menepikan layar
diantara riak sungai dzikirku

Yogyakarta, 2014


Di Bandara
Aku menunggumu dari jeda waktu
dari pada aku terlalu tenggalam
memaknai berbagai warna, tema
dari berbagai bagian bab yang abu-abu

Sementara sejuta tanya berkerumun dan
menghentak direlung jiwaku.

Yogyakarta, 2015

Engkau Permataku

Mampu memberikan cahaya kerinduans
senyummu mengahadirkan bening cahaya bintang-bintang
matahari dan bulan yang setia menebus palung lautan kalbuku terdalam

memekarkan segala kembang yang kuncup menyeruak harum dibawah keteduhan
kerlingan matamu yang indah, mengukir keabadian syurga pada titik rasa yang paling peka.
Mengenalkan aku pada mimpi-mimpi  yang menjelma wajah bidadari
mengajarkan aku tentang kesucian cinta yang telah hilang dan ku pungut kembali

Engkau permataku yang memberi sinar keteduhan dan nafas terang masa depan

Yogykarta, 2014

Aku Persembahkan Sajak
    Untuk; Ibunda Siti Maimuna

Disini aku setia merantau pada lembaran do’amu
menyelami sumber air matamu yang sejuk
mengikuti jejak detak  jantungmu.

Hingga nanti kau dan aku terlelap dalam satu mimpi
yang sama dan abadi

Ibu, tak pernah aku lupa namamu pada lentera kecil
setiap ruang sepiku, biar arus tangisku selalu teduh dan
cahaya dzikir kalbumu kian mengalun syahdu.
Ribuan langkah yang telah aku tempu dalam mengambara
atas altar restumu, yang tak mengenal batas waktu
Aku tidak akan pernah memadamkan kobaran rindu
begitupun dirimu.

Yogyakarta, 2014

*Hariyono Nur Kholis.  Lahir di Sumenep, 15 Juli 1993, sebuah kota kecil di ujung timur pulau Madura. Mahasiswa Universitas  Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kini Aktif di  Komunitas Sastra Rudal Yogyakarta.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " Hanya Bayangmu Puisi: Hariyono Nur Kholis"